26. Perasaan

80 30 10
                                    

Tarif nafas dulu, kalo udah tahan

Happy reading ❤️

***

Rima terus gelisah jika mengingat putrinya itu, sedari tadi ia tidak berhenti berdoa, jutaan permohonan ia langitkan untuk keluarganya dan masa depan putra putrinya, cukup dulu dirinya kehilangan seseorang yang begitu ia cintai dan jangan sampai sekarang ia mengalami hal yang sama sekalipun ia tau bahwa kematian adalah rahasia Allah yang sudah pasti

Dirinya juga sama terpuruknya, apalagi ia adalah orang pertama yang merasakan kehidupan putra-putrinya di dalam perutnya sendiri, akan tetapi ia melawan rasa sakit itu dan sebisa mungkin berusaha agar tidak terus berlarut dalam hidupnya, dan rasa sakitnya jauh lebih parah ketika melihat Nisa yang terus merasakan sakitnya sampai sekarang

Sudah terhitung 3 bulan setelah ia mengantar Nisa ke bandara dulu, dan setelah itu juga ia terus memikirkan Nisa, ia takut terjadi apa-apa dengan putrinya, apalagi mengingat jika putrinya itu seorang perempuan yang harus terus di jaga oleh mahramnya jika keluar apalagi sampai jauh seperti ini

Fariz yang sedari tadi melihat uminya gusar pun khawatir
"Umi kenapa? Coba cerita sama Fariz jangan di pendem sendiri, kan ada Fariz yang insyaAllah siap dengerin semua keluh kesah Umi kapan pun itu"

"Umi khawatir sama Nisa"

Fariz langsung memeluk tubuh syurganya itu dengan lembut
"Fariz paham perasaan Umi sekarang, tapi Fariz minta sama Umi jangan banyak pikiran, kalo Umi kangen nanti abis Nisa pulang kuliahnya langsung telpon aja"

"Iya sayang, makasih ya Abang"

"Abi tumben jam segini belum pulang, biasanya isya juga udah di rumah"

"Tadi izin sama Umi pulangnya telat sedikit, karna pekerjaan nya belum selesai"

"Assalamualaikum" terdengar suara seseorang dari luar yang membuat Rima langsung berdiri

Dengan cepat Fariz menahan lengan Uminya "Biar Fariz aja, Umi tunggu disini"

Rima pun tersenyum dan mengangguk membiarkan Fariz yang membuka pintunya

"Waalaikumsallam" jawab Fariz setelah pintunya terbuka

Sedikit terkejut, netranya menyapu semua orang dan hal itu mampu menghasilkan banyak pertanyaan

"Maaf, sebelumnya boleh masuk dulu?"

Seakan tersadar "Astaghfirullah mari"
Mereka pun di persilahkan masuk

Ruang tamu kali ini di penuhi banyak orang di dalamnya, setelah menyuguhkan semua hidangan kini Rima langsung menanyakan ada perihal apa yang membuat bertamu malem-malem seperti ini

Bukannya tidak boleh, cuma hatinya sedikit takut ada sesuatu yang terjadi

"Maaf, sebelumnya apa ada sesuatu yang terjadi sehingga membuat Pak Kiai bertamu malem-malem seperti ini?"

Pak Kiai tersenyum "Maaf sudah mengganggu waktu istirahatnya, kedatangan saya kemari ingin menemani putra saya Faishal untuk meminang putri Ibu jika di izinkan"

"Annisa?" Seakan lupa jika putri yang ia punya sekarang hanya Nisa satu-satunya

"Assalamualaikum, masyaAllah ada apa ini rame sekali" pandangan semua orang mengikuti arah suara itu

Lalu Pak Kiai pun berdiri menghormati Padlan "Waalaikumsallam warahmatullahi ta'ala wabarakatuh"

"Mari duduk Pak" tutur Padlan dan menghampiri istrinya

Istri NakalkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang