Follow dulu🗡️
Klik dulu bintangnya takut lupa
***
Setelah beberapa hari terlewati kini Nisa akan melepas gelarnya sebagai pelajar, sedari tadi gadis itu tengah sibuk membantu bu Ustadzah dan beberapa guru lainnya menyiapkan acara kelulusan yang akan berlangsung sebentar lagi.
Ia merapikan jejeran kursi bersama santriwati lainnya, kali ini acara di gelar pada aula utama sehingga santriwan dan santriwati mengikutinya secara bersamaan, dan semuanya pun saling membantu dalam satu acara.
Netranya melihat kaum Adam yang sama tengah sibuknya menyiapkan kursi, setelah itu tatapannya beralih melihat kain yang tersimpan di salah satu kursi. Nisa pun mengambilnya dan mengibaskannya dengan cukup keras, setelah itu ia menata serapi mungkin di atas meja.
Pandangannya mengedar melihat deretan kursi yang sudah berjejer rapi dengan satu garis, Nisa pun menghembuskan nafasnya lalu mengusap peluh yang bersarang di pelipisnya.
Semua orang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing, tak sengaja netranya melihat bu Ustadzah yang tengah kesusahan membawa beberapa kue di atas nampan, dengan cekat ia berlari membantu beliau sebelum semua kue itu berjatuhan ke atas gundukan tanah.
"Bu, sini biar saya bantu" ujar Nisa seraya mengambil satu nampan dari tangan bu Ustadzah.
"Eh?" sedangkan sang empu terkejut karna gadis itu dengan tiba -tiba sudah berdiri di depannya dan langsung mengambil satu nampan yang ia pegang.
"Ini di bawa kemana ya?"
"Ke meja yang paling depan buat para undangan"
Nisa mengangguk "Ouh oke" ia melangkah seperti yang di katakan bu Ustadzah.
"Bisa bantu saya lagi?" tanya bu Ustadzah yang mendapat anggukan dari Nisa
"Terimakasih, kalau begitu mari ikut saya"
Kini Nisa mengikuti bu Ustadzah yang berjalan di depannya. Seiring berjalannya waktu kebiasaan di pesantren membuat Nisa membiasakan diri dan sekarang sudah terlihat ada sedikit perubahan pada diri Nisa. Meskipun tidak semua dan hanya 30% itu sudah cukup menjadi sesuatu yang harus di banggakan dalam sejarah.
Langkahnya pun terhenti karna ada seseorang yang menghentikan langkah mereka.
"Assalamualaikum"
"Waalaikumsallam" jawab bu Ustadzah, dan Nisa pun ikut menjawabnya di dalam hati.
"Kenapa?"
"Saya di beri amanah untuk memberitahu ibu kalau pak Kiai sedang menunggu di kantor" ujar salah satu santriwati yang ntah Nisa pun tidak tau siapa namanya.
Bu Ustadzah pun mengangguk "Baik saya akan kesana. Sebelumnya bisakah kamu membantu Nisa membawa beberapa kue ke meja para undangan?"
"Insya Allah bisa bu"
"Terimakasih, kalian ke dapur aja di sana sudah ada bu Maryam yang sedang membungkus kue-kuenya. Kalau begitu saya permisi Assalamualaikum"
"Iya. Waalaikumsallam" setelah itu mereka langsung berjalan ke arah dapur yang sudah di penuhi oleh beberapa makanan.
Sedangkan bu Ustadzah dengan tergesa berjalan ke arah kantor suaminya, mungkin ada hal penting yang harus di katakan oleh beliau.
Ia pun mengetuk pintunya seraya mengucapkan salam.
"Waalaikumsallam, masuklah" ujar suaminya di dalam sana.
Tanpa ragu ia membuka knop pintu dan terkejut melihat putranya yang sudah terduduk manis dengan sebuah senyuman yang sudah menyapanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Nakalku
Spiritual⚠️Follow dulu⚠️ Jangan lupa tinggalkan jejaknya🗡️ Gadis nakal yang selalu membuat semua orang menyerah jika sudah berhadapannya, segudang tingkah absurd dan di luar nalar itu tertutup rapi dari kedua orang tuanya. Bahkan seonggok otaknya sudah di p...