16. Rusuh

54 47 0
                                    

Follow dulu🗡️

Voment jangan lupa

***

Sebuah genggaman tangan dan tatapan cerah yang menatap manik indah mata Nisa mampu membuat dadanya bergemuruh.

Kenapa ia tidak suka?

Kenapa ia seperti ini? Padahal semua itu tidak ada persoalan dengannya. Ah, mungkin ia tidak suka karna melihat 2 orang berbeda jenis berduaan dan menyentuh yang bukan mahramnya.

Iya hanya itu.

Helaan nafas terdengar dengan berat lalu ia membuka pintunya.

"Assalamualaikum" terlihat 2 orang itu langsung beralih menatapnya.

"Waalaikumsallam" jawab mereka serempak

"Lo baru dateng bang?"

"Iya, hari ini pesantren kedatangan tamu. Jadi saya baru bisa jenguk sekarang"

"Yaudah kalo gitu aku ke kantin ya? Kan sekarang kamu udah ada yang jaga" pamit Leon dengan Lembut.

"Iya, sono" Leon mengusap rambut Nisa dengan lembut.

"Rambut kamu lengket" ujarnya dengan terkekeh

"Ngomong lagi gue tampol lo!"

"Hihi.. Iya maaf yang, mau rambut kamu selengket apapun juga tetep cantik kok"

"Cih.."

"Jangan sakit-sakit lagi ya? Aku gak suka" pesannya dan langsung bergegas.

Kenapa dadanya semakin bergemuruh? Dan selama 22 tahun ia baru merasakan dadanya seperti ini?

Isal terus mengelak kala logikanya memikirkan apa yang seharusnya tidak ia pikirkan.

"Gimana sekarang keadaannya?"

"Gue udah baik-baik aja. Tapi Dokternya kekeh kalo gue masih lemah"

"Mungkin bener kamu masih lemah, prediksi kamu sama Dokter itu berbeda, Nisa"

Nisa memutar bola matanya malas.

"Titipan temen-temen gue udah lo kasih kan?"

Isal mengangguk "Alhamdulillah udah, tapi minta tolong sama umi"

"Dan kata umi, temen-temen kamu juga khawatir. Mereka selalu do'ain kamu dari sana" sambungnya

Nisa tersenyum "Bilang makasih ya?"

Isal menggelengkan kepalanya "Kamu aja yang bilang sama mereka, makanya kamu harus cepet sembuh"

"Kan gue udah sembuh! Gimana si?"

"Keras kepala" gumam Isal dan Nisa pun mencebik kesal.

"Boleh saya duduk di sini?" tunjuk Isal pada kursi yang bertengger di samping brankar Nisa.

"Duduk aja"

Isal menggeser kursinya sedikit menjadi pembatas dan usai itu ia langsung terduduk.

"Nisa?" Nisa yang pandangannya tengah menyapu seisi ruangan kini terpaku pada sosok di sampingnya seraya mengangkat sebelah alisnya pertanda ia bertanya.

"Saya minta maaf" ujar Isal dengan tulus

"For?"

"Gara-gara saya, kamu jadi kayak gini. Seharusnya kamu bilang, kalo kamu gak bisa kena air hujan. Maafin saya karna udah gagal jagain kamu, saya udah buat semua orang khawatir dengan kondisi kamu" sendu Isal

Istri NakalkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang