Dongheon melirik keempat sahabatnya. Mereka semua nampak berpikir serius. Tidak ada canda tawa yang biasanya dilontarkan Yeonho tanpa berpikir, situasi saat benar-benar hening karena mereka semua sama-sama berpikir bagaimana cara melawan sang iblis sampai tuntas.
Sampai sang iblis musnah, tidak mati suri seperti dulu.
Sejujurnya mereka masih bingung bagaimana cara menyerang sang iblis agar efektif karena yang mereka miliki hanyalah kekuatan unsur foto. Jika mereka hanya mengandalkan itu, bisa dipastikan akhirnya akan kurang lebih sama seperti dulu. Mereka harus memutar otak dengan mencari tahu kelemahan sang iblis dan memanfaatkan apa yang telah mereka miliki sekarang, Yoo Kangmin.
"Bagaimana dengan Yoo Kangmin?" tanya Yongseung disela-sela kesibukan berpikirnya.
"Maksud lo?"
"Dia sekarang manusia, apa bisa dia ikut pergi ke kastil sang iblis mengingat dulu pertempuran kita di tempat yang masih bisa dilihat oleh orang awam." khawatir Yongseung.
Kastil sang iblis ini pasti hanya bisa dilihat oleh orang-orang tertentu yang memang memiliki kemampuan melihat hal-hal gaib. Di sini posisi Kangmin adalah manusia, entah kemampuan melihat hantunya masih bertahan atau tidak. Perlu diingat bahwa sang iblis itu mahkluk yang sangat licik.
"Kemampuannya masih ada." jawab Hoyoung yang disetujui oleh Dongheon.
"Kalau gitu kenapa kita nggak diskusi juga langsung sama Kangmin? Lebih efektif gitu kan?" usul Yongseung berbinar.
Dia berharap dengan begini ia bisa kembali ke dunia dimana seharusnya ia tinggal, menemui keluarganya yang beberapa hari ini ia rindukan. Istirahat di tempat seputih ini membuat Yongseung tertekan, kadang pikirannya melayang dan bertanya apakah bentuk surga juga seputih ini?
Putih yang mencolok tanpa ada warna lain, monoton sekali.
Yeonho mendengus ketika mendengar usulan Yongseung. "Bukannya apa-apa, tapi kita harus repot dulu cari orang buat dirasuki."
"Kenapa?" kernyit Yongseung heran. "Katanya kemampuan Kangmin masih ada?"
"Bodohnya sahabat gue ini,"
Hoyoung segera mendelik pada Yeonho, memberi isyarat agar hantu itu menjaga ucapannya. Yongseung sendiri tidak tersinggung karena ia memang tidak tahu alasan mengapa mereka harus merasuki orang dulu hanya untuk berdiskusi dengan Kangmin.
"Kalau kita diskusi sama Kangmin dan lo ikut, otomatis lo akan mengambil alih tubuh lo sendiri." jawab Hoyoung yang mengetahui bahwa Yongseung tidak memahami ucapan Yeonho. "Kemampuan indigo lo udah nggak ada sehingga kalau kita diskusi akan memakan waktu lama karena Kangmin harus jadi tukang penerjemah. Lalu untuk menjalankan diskusi yang efektif kita harus merasuki orang dulu supaya lo bisa tetap tahu apa yang kita omongin tanpa perlu repot-repot Kangmin jelasin."
Yongseung yang barusan menangkap poin utama dari ucapan Yeonho segera mengangguk paham. Komunikasi mereka tidak bisa seleluasa dulu karena saat ini Yongseung telah kehilangan kemampuan itu. Entah mengapa Yongseung merasa bahwa ada tembok tipis yang menghalangi mereka, semacam diingatkan bahwa dunia mereka berbeda.
Mereka yang telah mati seharusnya bergaul dengan mereka yang juga telah mati. Lalu mereka yang masih hidup seharusnya tidak perlu berurusan dan mereka yang telah mati. Kurang lebih perasaan Yongseung saat ini seperti itu.
Bukannya mau menolak takdir atau kenyataan, hanya saja Yongseung masih belum siap bertempur lagi bersama mereka lalu melihat para sahabatnya perlahan menghilang untuk kedua kalinya.
Yongseung tahu bahwa dia mungkin akan dikatakan gila karena tidak rela melepas sahabatnya yang seharusnya telah beristirahat dengan tenang. Ia hanya belum bisa menemukan sosok seperti mereka di dunianya saat ini. Belum ada seseorang yang dapat menggantikan posisi keenam sahabatnya itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/245270054-288-k491581.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[ii] G.B.T.B | VERIVERY
Fanfiction[COMPLETED] Buku Kedua dari seri PHOTO Go Beyond The Barrier. «The devil is back, it's time to pull the trigger back.» Sang iblis kembali. Semuanya menjadi dingin dan kegelapan terus melanda. Tidak ada cara lain selain terus berlari. Tetapi mau sa...