Setelah bertanya pada resepsionis, Minchan segera berlari menuju ruang operasi tempat di mana Kangmin sedang berjuang saat ini. Sesampainya di depan ruangan ia melihat Soora sedang duduk sendiri di sana.
Perempuan itu duduk di kursi tunggu seraya menangkup wajahnya dengan kedua telapak tangannya yang berdarah.
"Soora tangan lo kenapa?" tanya Minchan khawatir seraya meraih telapak tangan Soora.
Soora otomatis mendongak. Wajahnya sembab dan air mata tidak berhenti keluar dari kedua matanya.
Melihat hal itu Minchan otomatis memeluknya. Bagaimana pun juga saat ini perannya tetap sebagai Yongseung meski bukan Yongseung yang menggerakkan fisiknya.
"Nggak apa-apa pasti Kangmin baik-baik aja." ujar Minchan menenangkan.
"Kepalanya berdarah sangat banyak." tangis Soora pecah lagi ketika ia mengingat kejadian beberapa menit lalu.
Minchan terus memeluk perempuan itu dengan erat seraya menepuk pelan punggungnya. Soora membutuhkan sandaran saat ini dan Minchan akan terus melakukannya sampai perempuan itu merasa jauh lebih baik.
"Harusnya aku menjemputnya alih-alih menyiapkan makan siang."
Minchan melepas pelukannya. Ia menatap Soora lekat-lekat. "Sebenarnya apa yang terjadi?"
Soora menangis sesenggukan ketika Minchan bertanya kronologi kejadiannya. Ia hendak mengusap air matanya namun lengannya dengan cepat di tahan Minchan.
"Tangan lo berdarah, kenapa?"
Soora sama sekali tidak bereaksi dengan pertanyaan Minchan.
Minchan menghela nafas lalu secara paksa meraih telapak tangan Soora dan melihatnya. Ketika Minchan mengusap darahnya perlahan, ia melihat jari telunjuk, tengah, dan manis milik Soora tergores cukup dalam hingga darahnya terus keluar.
"Kok bisa gini?" tanya Minchan khawatir.
Soora menatap Minchan ragu sebelum akhirnya susah payah menjawab. "Kena pisau."
Ah, jadi ini penyebab pisau dapur di rumah tadi berlumuran darah?
"Pasti karena dapat telepon dari rumah sakit tentang Kangmin ya?" tebak Minchan setelah mencoba merangkai semua kemungkinan yang terjadi.
Soora mengangguk sedih.
Minchan berdiri dari duduknya. "Ayo diobatin dulu jari lo."
Soora bergeming. Daritadi ia terus menunduk, tidak berani menatap manik hitam milik Yongseung.
Sorot matanya berbeda dan Soora masih belum terbiasa dengan hal itu.
"Aku maksa." lanjut Minchan lagi.
Soora mengangkat kepalanya, kali ini ia memberanikan diri menatapnya. Sorot mata tersebut berbeda dari tadi pagi.
Apa sekarang tubuh Yongseung sedang dikendalikan oleh sosok yang berbeda?
"Kamu bukan Hoyoung?" tanya Soora.
Awalnya ia ingin memanggilnya 'kak' karena jika mereka masih hidup umur mereka pasti lebih tua darinya --kecuali Kangmin. Namun setelah ia pikir ulang, tetap saja sosok mereka tidak berubah. Mereka tetap remaja meski tahun terus berganti.
Minchan yang mendengarnya segera menggeleng. "Bukan. Gue Hong Minchan."
Minchan mengusak rambutnya ke belakang. "Mau gue kak Hoyoung kek, Minchan kek, atau yang lainnya. Tetep aja mereka akan ngelakuin hal yang sama. Mereka tetep bakal nyuruh lo ngobatin tangan lo dulu sebelum cerita tentang Kangmin."

KAMU SEDANG MEMBACA
[ii] G.B.T.B | VERIVERY
Fanfiction[COMPLETED] Buku Kedua dari seri PHOTO Go Beyond The Barrier. «The devil is back, it's time to pull the trigger back.» Sang iblis kembali. Semuanya menjadi dingin dan kegelapan terus melanda. Tidak ada cara lain selain terus berlari. Tetapi mau sa...