Hari ke-9
Pukul 00.15.Setelah melalui perdebatan panjang bersama para sahabatnya, akhirnya Yongseung mengalah dengan menuruti perkataan mereka untuk berdiam diri di dalam hotel. Tadi mau tidak mau Yongseung harus mentransfer kekuatannya ke dalam mantra milik Minchan yang sudah disiapkan oleh Kangmin.
Yongseung tidak bisa berhenti mengigiti kuku jarinya. Kebiasaan itu sudah sejak lama hilang tetapi sekarang pikirannya sedang berkecamuk hingga tak sadar melakukan kebiasaan buruknya lagi.
Ingatan itu datang lagi, ingatan di mana jiwanya menjelajah ke dimensi lain bersama seseorang yang entah bagaimana bisa tahu keberadaannya. Wisata dadakan itu sangat menyesakkan bagi Yongseung, hanya mengingatnya saja telah mampu membuat tubuhnya gemetar.
Yongseung tak percaya bahwa sahabatnya belasan tahun lalu pernah mengalami tragedi berdarah itu.
Tragedi itu seharusnya tak pernah menimpa mereka jika satu orang di masa lalu mampu memperbaiki kesalahannya. Hanya karena kesalahan satu orang, generasi selanjutnya harus menerima akibatnya bahkan menjalar pada seseorang yang tak ada sangkut pautnya dengan hal ini.
Gila, ini semua gila!
Perjanjian dengan mahkluk semacam sang iblis tak akan pernah memberikan hasil yang bagus. Semua keinginan yang terkabul dari sang iblis itu hanyalah semu yang sewaktu-waktu dapat hilang begitu saja seolah tidak pernah singgah sedikit pun.
Takk!!!
Yongseung melirik kuku jarinya yang patah karena tak sengaja ia gigit terlalu keras. Darah segar mengalir dijarinya, sedikit perih, tapi Yongseung enggan mengobatinya.
Otaknya terlalu sibuk berpikir tentang bagaimana menyelamatkan sahabatnya dari sang iblis tanpa perlu berkorban untuk kesekian kalinya. Seseorang yang mengajak jiwanya berkelana selama dua hari itu telah memberi tahu akar dari semua permasalahan ini secara rinci. Hanya saja sosok itu tidak memberitahu Yongseung bagaimana cara mengalahkan sang iblis.
Sosok itu hanya berkata bahwa sang iblis hanya dapat dikalahkan jika mereka bertujuh bersatu.
Yongseung mengusak rambutnya frustasi. Dulu mereka juga bersatu untuk mengalahkan sang iblis tapi hasilnya hanya mampu membuat sang iblis mati suri, tidak hancur dan hilang sepenuhnya seperti apa yang mereka harapkan.
Benar, tiba-tiba Yongseung teringat percakapannya dengan sosok yang mengajaknya menjelajah itu,
"Apa kau tahu bahwa perasaan dendam dapat mengalahkan nurani?"
Yongseung memiringkan kepalanya tak mengerti.
"Perasaan dendam yang ada pada diri seseorang, sekecil apapun itu dapat membuat perubahan yang sangat besar,"
Orang itu berjalan lurus, menyibak beberapa dahan yang menghalangi jalan mereka. Sesaat kemudian ia berhenti lalu berbalik menatap Yongseung,
"Rasa dendam itu bagai kutukan. Sekeras apapun seseorang berusaha untuk melupakannya dan memilih menuruti hati nuraninya, tetap saja suatu saat nanti rasa dendam itu akan muncul dan menuntut untuk dibalaskan."
"Maksud Anda, apa saya harus--"
Orang itu terkekeh. "Tidak, tidak perlu. Masih ada yang namanya harapan."
"Maaf?"
"Mungkin harapan dapat mengalahkan dendam...? Ah, maksudku, jika harapanmu sebesar dendammu dan kalian menyatukan semua itu menjadi satu, apakah sang iblis dengan rasa haus darahnya dapat menang?"
Yongseung menatap kedua tangannya terkejut. Darahnya terus mengalir keluar tapi hampir tidak ada rasa perih. Ia mengerjap, menatap kedua tangannya lagi.
![](https://img.wattpad.com/cover/245270054-288-k491581.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[ii] G.B.T.B | VERIVERY
Fanfiction[COMPLETED] Buku Kedua dari seri PHOTO Go Beyond The Barrier. «The devil is back, it's time to pull the trigger back.» Sang iblis kembali. Semuanya menjadi dingin dan kegelapan terus melanda. Tidak ada cara lain selain terus berlari. Tetapi mau sa...