Hari ke-2
Pukul 08.00.Soora meringis menahan sakit disekujur tubuhnya. Saat ia membuka mata, ia mendapati Yongseung duduk di pinggir ranjang sembari mengelus pucuk kepala Kangmin lembut.
Yongseung menoleh saat mendapati Soora mulai mendudukkan dirinya. Dengan sigap Yongseung segera beralih ke sisi ranjang yang lain untuk membantu Soora.
"Kepalaku pusing..." keluh Soora memegang kepalanya.
"Ah, ngg-- lo lapar?" tanyanya gugup.
Mendengar nada bicaranya saja Soora sudah tahu bahwa itu Yeonho. "Enggak."
Yeonho menggaruk tengkuknya. Ia tidak tahu bagaimana caranya memecah keheningan ini. Bagaimana ia harus memulai percakapan untuk membahas kejadian semalam?
Semalam semuanya berjalan dengan cepat dan tidak terduga sama sekali.
Soora sendiri meski merasa pusing, ia tetap berusaha mengingat-ingat apa yang baru saja terjadi. Lalu tiba-tiba ia mengingat sebuah kejadian dimana tadi malam ia melihat Yongseung lalu setelahnya ia tidak mengingat apapun hingga akhirnya terbangun pagi ini.
"Semalam--"
"Semalam--"
Mereka mengucapkan hal yang sama secara bersamaan. Hal itu langsung membuat Yeonho mengigit bibir bawahnya sedangkan Soora meringis bingung.
"Kamu dulu aja." ujar Soora mengalah.
Yeonho segera mengelak dengan menyisipkan sedikit dusta didalamnya. "Lo aja dulu, nggak penting kok pertanyaan gue."
Soora justru tertawa mendengarnya membuat Yeonho kebingungan. "Kamu bohong."
"Nggak kok, sumpah!"
"Iya, iya, aku percaya." kekeh Soora seraya berusaha menyamankan posisi duduknya.
Ia menoleh sejenak pada Kangmin yang masih tertidur pulas. Bocah itu tidur dengan tenang, sama seperti Yongseung. Padahal anak seumurannya biasanya selalu tidur dengan heboh bahkan sampai jatuh dari ranjang.
Akhirnya Soora kembali memfokuskan atensinya pada sosok Yongseung yang saat ini dikendalikan kembali oleh Yeonho.
"Semalam waktu Minchan ngambil alih tubuh Yongseung sikapnya aneh banget. Dia minta foto kalian, setelah itu Minchan nyuruh aku sama Kangmin untuk nutup mata pakai kain yang dia kasih, dia juga ngasih aku sama Kangmin sebuah kertas yang isinya jimat." ujar Soora seraya menunjukkan kertas itu pada Yeonho.
Yeonho mengangguk. "Benar, itu memang jimat yang sama dimana kami dulu melawan sang iblis."
Soora kembali melanjutkan. "Waktu aku udah pakai kain itu penyerangan pun terjadi. Karena aku gak tahan dengan suara tubuh Yongseung yang jadi imbasnya, akhirnya aku nekat buka penutup mata itu biar bisa nolong Minchan. Tapi saat aku buka penutup mata itu, aku melihat sosok kak Yongseung." jelas Soora penuh rasa penasaran. Namun tetap saja hatinya merasa sakit ketika melihat dua sosok Yongseung berada di hadapannya.
Pasti yang satunya...
Argh, Soora tidak mau berpikiran yang buruk!
"Yo--yongseung?" tanya Yeonho, matanya membola terkejut.
"Kamu nggak tahu?" tanya Soora tak kalah bingung. Bukankah mereka harusnya tahu satu sama lain? Mereka sahabat kan?
Jadi, Minchan benar-benar merahasiakan banyak hal dari para sahabatnya?
"Semalam waktu kak Minchan ngambil alih paksa tubuh Yongseung, gue langsung pergi buat ngadu ke Gyehyeon. Gyehyeon nyuruh gue buat gak usah peduliin Minchan. Waktu bilang gitu Gyehyeon ekspresinya udah kesel banget, dia beneran udah gak mau peduli lagi sama Minchan setelah dia curiga bahwa Minchan dalang dibalik hilangnya Kangmin, Yoo Kangmin." jawab Yeonho khawatir.
![](https://img.wattpad.com/cover/245270054-288-k491581.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[ii] G.B.T.B | VERIVERY
Fanfiction[COMPLETED] Buku Kedua dari seri PHOTO Go Beyond The Barrier. «The devil is back, it's time to pull the trigger back.» Sang iblis kembali. Semuanya menjadi dingin dan kegelapan terus melanda. Tidak ada cara lain selain terus berlari. Tetapi mau sa...