°4°

220 63 11
                                    

Pukul 22.15

"Lo gendong Kangmin biar gue yang bawain infus sama tabung oksigennya." ujar Dongheon.

Sebelum menggendong Kangmin, Dongheon menepuk pundak Soora. "Lihat ke bawah." tutur Dongheon seraya melongokkan kepalanya keluar jendela ruangan tempat Kangmin di rawat.

Soora menuruti ucapan Dongheon dan mendapati sebuah ambulans berhenti tepat di pintu belakang rumah sakit. Tidak ada yang aneh dari ambulans itu sebelum Soora sadar bahwa tidak ada yang mengendarai ambulans itu.

"Ke--kenapa--"

"Itu Hoyoung."

"Apa?"

Dongheon berbalik, ia telah bersiap menyeret tabung oksigen dan infus. "Hoyoung yang mengendarai ambulans itu."

"Kenapa nggak kamu aja?" tanya Soora setengah khawatir dan takut.

Hei, bayangkan saja dirimu menaiki sebuah ambulans dengan hantu sebagai sopirnya. Meski mereka adalah sahabat Yongseung tetap saja Soora merasa sedikit khawatir akan hal itu.

Bukankah menyeramkan melihat setir mobilnya bergerak-gerak sendiri?

"Gue naik mobil Yongseung."

Soora jelas mengernyit. Ini maksudnya Dongheon bercanda?

Mengerti bahwa lawan bicaranya tidak memahami maksud ucapannya, Dongheon segera berkata. "Gue ngecoh antek-antek sang iblis. Mereka pasti mikir kita kabur pakai mobil lo, makanya untuk menyelamatkan Kangmin lo gak boleh menaiki kendaraan yang sama kayak gue, paham? Nanti kita ketemuan di depan stasiun deket rumah orang tua Yoo Kangmin."

"Tunggu, maksudnya kamu jadiin diri kamu umpan gitu?"

Dongheon menjentikkan jarinya. "Betul."

"Terus gimana sama kak Yongseung?" tanya Soora khawatir. Pasalnya saat ini tubuh Yongseung-lah yang digunakan mereka sebagai media. Bukankah Yongseung seharusnya jadi prioritas mereka juga?

"Dia aman."

"Gimana caranya aku tahu kalau kak Yongseung aman disaat tubuhnya akan dijadikan umpan saat ini?!" jawab Soora dengan nada suaranya yang mulai meninggi.

Dongheon melirik jam tangannya. "Cepet kita gak punya banyak waktu."

"Jawab atau aku akan tetap di sini sama Kangmin." ujar Soora tegas membuat Dongheon menghela nafasnya.

"Ck, gue ini cuma ngendaliin tubuh Yongseung. Artinya cuma fisik Yongseung yang gue gunain dan perkara melawan antek sang iblis nanti gue bisa pakai kekuatan gue. Jiwa gue sama Yongseung gak sama. Ingat, bahwa gue Lee Dongheon bukan Kim Yongseung!" jawab Dongheon dengan nada suaranya yang tak kalah dengan Soora.

Soora mati-matian menahan air matanya saat mendengar suara tinggi itu keluar dari wajah Yongseung. Soora paham dia bukan Yongseung, hanya saja, melihat wajah Yongseung yang marah saat ini sangat mengiris hatinya.

"Kamu bisa jamin bahwa tubuh kak Yongseung nggak apa-apa kan?"

Dongheon mendengus lagi. Ia melirik jam tangannya sebentar sebelum menatap Soora tajam. "Harus berapa kali sih kita bilang ke lo? Tolong percaya sama kita semua."

"A--aku cuma nggak mau--"

"Gue pastiin tubuh Yongseung nggak akan luka sedikit pun." jawab Dongheon tegas.

Ia segera menggenggam tabung oksigen di tangan kanannya dan siap menyeret infus Kangmin di tangan kirinya. "Cepet gendong Kangmin, kita udah buang waktu sepuluh menit."

Soora mengangguk. Ia menghapus air matanya kasar sebelum menggendong tubuh Kangmin dengan hati-hati.

Mereka segera berlari keluar melalui pintu belakang dengan mengendap-endap. Kangmin belum boleh pulang, ia harus tetap dirawat karena baru saja selesai operasi sehingga mereka terpaksa mengendap-endap lewat belakang.

[ii] G.B.T.B | VERIVERYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang