Dongheon mengatakan pada keempat hantu itu untuk segera berkumpul di ruang penjagaan. Mereka harus segera mendiskusikan rencana yang diajukan oleh Soora. Dengan berat hati Dongheon membangunkan Yongseung dari tidurnya.
Sebenarnya Yongseung harus terus tidur selama jiwanya terpisah dari raganya. Namun setelah dipikir ulang, bagaimana pun juga Yongseung harus tahu mengenai hal ini agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.
Dongheon tidak mau kasus Minchan terjadi lagi.
Kedatangan Minchan di ruang penjagaan membuat semua sahabatnya menatapnya. Tidak ada yang bisa mengartikan tatapan mereka, namun yang jelas adalah bahwa hati mereka sedang berkecamuk.
Dongheon dan Gyehyeon sudah memberitahu yang lain untuk tidak menghakimi Minchan ketika ia datang. Rasa kesal pasti ada tetapi untuk saat ini mereka hanya membutuhkan kebersamaan bukan perpecahan.
Minchan membungkuk, menyapa semua orang di sana.
Ketika atensinya bertemu dengan milik Yongseung, Minchan buru-buru memalingkan wajahnya. Ia segera duduk dan dari gerakannya saja, semua orang di sana tahu bahwa ia sedang merasa canggung.
Atmosfer di sekitar mereka tiba-tiba berubah. Tidak ada yang memulai percakapan sehingga suasana hening selama beberapa menit. Hoyoung dan Dongheon saling lempar pandang, berusaha menyuruh satu sama lain untuk buka suara tetapi pada akhirnya mereka hanya diam tidak tahu harus mengawalinya dengan apa.
Yongseung menggaruk tengkuknya. Ia tidak suka suasana seperti ini. Dulu ketika bertemu mereka akan langsung melemparkan lelucon dan tertawa satu sama lain. Namun sekarang, mencari topik saja rasanya sulit sekali.
"Halo?"
Semuanya langsung menoleh ke sumber suara.
Itu Yeonho.
"Kenapa?" tanyanya pada para sahabatnya yang menatapnya prihatin.
"Lo ngomong gitu malah bikin suasana tambah canggung." tutur Gyehyeon seraya mengusak rambutnya. Pasalnya 'halo' adalah kata yang sering diucapkan seseorang ketika mengawali pembicaraan dengan orang asing.
Memangnya ada seseorang yang berkata 'halo' pada sahabatnya untuk mengawali pembicaraan? Kebanyakan dari mereka yang telah bersahabat sejak lama pasti akan memanggil dengan nama panggilan, sayang, maupun ejekan.
Aneh sekali rasanya ketika Yeonho justru mengucapkan 'halo'.
"Maaf," bisik Minchan hampir tidak terdengar.
Gyehyeon merotasikan matanya. "Nggak usah minta maaf, bosen gue dengarnya. Sekali lagi lo minta maaf mending lo keluar dari sini."
"Gyehyeon!" tegur Hoyoung menatap Gyehyeon tajam.
Gyehyeon mendengus lalu berpaling, ia sama sekali tidak ingin menatap Minchan.
Mencegah suasana kembali canggung, Yongseung memberanikan diri untuk berbicara. "Kak Gyehyeon benar, jangan minta maaf terus. Kita disini sahabat Kak Minchan dan kita semua yakin kalau kak Minchan sebenarnya berniat dan mengusahakan yang terbaik."
"Tapi gue nggak ngajak diskusi kalian,"
"Jadikan ini pembelajaran. Kita nggak bisa menang kalau nggak pernah belajar dari rasa sakit kan?"
"Tapi Yongseung," Minchan mendongak, air mukanya berubah sedih ketika menatap manik hitam itu. "Nyawa anak lo jadi korban."
Yongseung mengulum bibirnya. Ia tahu Kim Kangmin akan ikut dikorbankan dalam permainan ini karena Dongheon dan Gyehyeon telah menceritakan semuanya padanya. Tetapi Yongseung berusaha tegar dan tidak menghakimi Minchan karena hal ini. Mungkin ini terjadi karena Yongseung sendiri merasa bersalah karena hampir membunuh keluarganya dengan tangannya sendiri.

KAMU SEDANG MEMBACA
[ii] G.B.T.B | VERIVERY
Fanfic[COMPLETED] Buku Kedua dari seri PHOTO Go Beyond The Barrier. «The devil is back, it's time to pull the trigger back.» Sang iblis kembali. Semuanya menjadi dingin dan kegelapan terus melanda. Tidak ada cara lain selain terus berlari. Tetapi mau sa...