°5°

226 61 13
                                        

Hari ke-1
Pukul 00.31.

Dongheon yang menyadari truk itu melaju dengan kecepatan tinggi kearahnya, dengan sigap ia membanting setir ke kanan. Ia segera menginjak rem sekuat yang ia mampu sembari menguatkan jari-jari tangannya pada setir mobil.

Mobilnya berderit kencang ketika bannya bergesekan secara kasar dengan aspal. Sebelum mobil yang ia kendarai keluar jalur, Dongheon segera menginjak rem dengan kuat sekali lagi.

Mobilnya berhenti di tengah-tengah jalan membuat dua jalur jalan raya itu mengalami kemacetan. Saat Dongheon berusaha menetralkan jantungnya saat itu juga terdengar suara tubrukan yang kencang dari arah belakangnya.

Dongheon menoleh dan mendapati truk itu menabrak pembatas jalan. Lalu beberapa detik kemudian tiba-tiba truk kehilangan keseimbangannya dan perlahan-lahan miring lalu jatuh ke aspal dengan bunyi gedebuk yang kencang.

Dongheon melihat beberapa pengendara yang berada di tempat kejadian segera menelepon polisi dan ambulans untuk meminta bantuan.

Lalu tak berselang lama setelah truk itu jatuh, kaca mobil Dongheon diketuk oleh seseorang yang tidak ia kenal. Ia segera menurunkan kaca mobil dan bertanya. "Ada apa?"

"Tolong jangan pergi kemana-mana dulu, Anda adalah saksi mata. Tunggu sampai polisi datang." ucap seorang lelaki yang umurnya kurang lebih sama dengan umur Yongseung.

Dongheon tahu ia tidak boleh meninggalkan TKP saat ini. Tetapi ada hal mendesak yang harus ia lakukan.

Ia harus segera menemui Soora di depan stasiun pukul 02.30. Waktunya hanya tersisa dua jam dan sang iblis tidak akan memberinya kelonggaran waktu.

"Maaf sebelumnya tapi saya harus segera pergi." ujar Dongheon sehalus mungkin.

Lelaki itu menoleh dan justru mendelik padanya. "Anda mau menyalahi peraturan?!"

Lho kenapa dia marah sih? Dongheon tahu sikapnya salah tetapi apa salahnya menjawabnya dengan baik-baik?

"Saya ada urusan mendesak. Saya harus pergi sekarang. Jika urusan saya sudah selesai, sesegera mungkin saya akan memberikan keterangan di kantor polisi." ujar Dongheon memberikan saran yang ia rasa paling masuk akal saat ini.

"Tidak bisa, itu menyalahi prosedur!"

"Memangnya Anda polisinya?!" jawab Dongheon yang mulai kebakaran jenggot.

Saat itu juga tatapan lelaki itu berubah.

Matanya yang tadinya mendelik pada Dongheon kini tiba-tiba berubah menjadi putih sepenuhnya. Kemejanya yang awalnya tampak rapi, kini terdapat darah yang tiba-tiba merembes membasahi seluruh kemejanya dan mengubah warnanya menjadi merah. Wajahnya yang sebelummya normal, kini mulai membiru dibarengi otot-ototnya yang mulai berubah warna menjadi hitam.

Lalu semua pengendara yang mengalami kemacetan itu satu per satu keluar dari kendaraan mereka. Mereka berjalan ke arah mobil Dongheon dari berbagai sisi. Saat itu juga ia menyadari bahwa saat ini dirinya sedang dikepung dengan antek sang iblis.

"Udah saatnya lo pergi ke surga!" ujar sosok yang sebelumnya memaksanya untuk tinggal itu.

"Kenapa lo nyuruh gue? Kenapa nggak lo aja yang pergi ke surga?" tanya Dongheon berusaha memancing sosok itu.

Dongheon tahu kelemahan hantu yang menjadi antek sang iblis dan ia akan melawannya dengan cara itu.

Sosok itu menyeringai lebar hingga bibirnya robek dan mengeluarkan darah. "Gue masih harus menyelesaikan misi untuk sang iblis."

"Misi? Misi masuk neraka? Lo udah nggak bisa diterima di surga dan sekarang melamar masuk neraka dengan cara ini? Cuih!" jawab Dongheon diakhiri dengan meludah di depan sosok itu.

[ii] G.B.T.B | VERIVERYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang