°6°

229 63 3
                                    

Pukul 23.30.

Dongheon memutuskan menepikan mobilnya di pinggir jalan. Ia membuka kaca mobil sedikit dan membiarkan angin malam menerpa wajahnya. Ia mendengus sekali lalu menatap keluar jendela.

Serangan sang iblis akan ia dapatkan tiga puluh menit lagi. Ia mengeratkan pegangannya pada setir mobil, bertekad untuk benar-benar melawannya kali ini. Meski begitu Dongheon yakin yang menyerang pada hari pertama bukanlah sang iblis langsung, melainkan anteknya. Sang iblis kemungkinan akan menyerang pada hari-hari terakhir.

Dongheon mengacak rambutnya frustasi. Semakin ia memikirkan cara untuk kabur semakin ia memikirkan bahwa disetiap rencananya pasti ada celah bagi sang iblis untuk menyerang.

Saat ini ia dan Soora memang mengecoh dengan menaiki kendaraan yang berbeda. Namun bisa saja kan sang iblis mengirim dua pasukannya untuk menyerangnya dan Soora?

Dari satpam rumah sakit saja sudah ada kebocoran, apalagi ini?

Sudah sepuluh menit berlalu dan Dongheon masih setia bergelut dengan pikirannya.

Dongheon menghembuskan nafasnya berat. Ia kembali menutup kaca mobil dan bersiap melanjutkan perjalanan. Tetapi entah mengapa tiba-tiba otaknya memunculkan suatu ide.

Ia segera mengambil ponsel dan menelepon paman Yoo, Papa dari Yoo Kangmin.

Ia akan meminta bantuan.

Teleponnya hanya berdering beberapa detik sebelum sebuah suara pria paruh baya menyambut pendengarannya,

"Halo?"

"Paman Yoo, bisa bantu saya?"

"Malam-malam begini? Ada apa?"

Setelah beberapa menit mengutarakan rencananya, Dongheon tersenyum lalu berterimakasih karena paman Yoo menyetujui usulannya.

Setelah itu ia segera menelepon Soora untuk menyempurnakan rencananya.

"Halo, Soora?"

"Halo Dongheon? Ada apa?"

"Begini, tolong nyalain GPS lo terus ya?"

"Kenapa?"

"Nyalain aja terus pokoknya, jangan sampai mati."





***





Hari ke-1
Pukul 00.40

"Lo pikir gue bodoh?"

"ARGHHHHH!!!"

Dongheon berteriak kesakitan saat sosok itu berusaha merasuki tubuh Yongseung dengan memaksa dirinya keluar dari tubuh sang sahabat.

Dongheon mengerahkan segala kekuatannya agar tetap bertahan pada tubuh Yongseung. Namun sosok itu bukanlah sosok yang lemah. Semakin Dongheon berusaha menguatkan posisinya semakin sosok itu berusaha membuatnya bergerak.

Pertarungan saat ini rasanya seperti kau sedang mempertahankan kursimu agar tidak diambil orang lain.

Tubuh Yongseung tidak boleh diambil alih oleh sosok itu. Sang iblis maupun anteknya adalah sekumpulan hantu yang manipulatif, Dongheon tahu itu karena dirinya sendiri pun pernah menjadi korban dan masuk ke lubang hitam sang iblis.

Jika sudah masuk ke dalam lubang hitam itu akan sangat sulit untuk keluar dari sana. Bahkan, bisa saja terjebak disana selamanya.

Dunia yang jahat.

Dongheon memejamkan matanya ketika separuh tubuhnya telah keluar dari tubuh Yongseung. Sosok itu benar-benar kuat dan Dongheon saat ini sudah kehilangan separuh energinya.

[ii] G.B.T.B | VERIVERYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang