°15°

190 61 12
                                    

Hari ke-3
Pukul 19.00.

Di kedai tadi Kangmin muntah darah. Darahnya sangat banyak dan menggenang di lantai seolah di sana baru saja terjadi kecelakaan yang menewaskan seseorang. Saking banyaknya Soora hampir pingsan dibuatnya.

Pemilik kedai segera menelepon ambulans. Kondisi Kangmin sebenarnya baik-baik saja, hanya terlihat pucat dan selalu berkata bahwa tenggorokannya sakit.

Ketika ambulans datang mereka segera memberi pertolongan pertama karena melihat banyaknya darah yang keluar. Rasanya memang tidak wajar jika seorang anak kecil berusia lima tahun itu memuntahkan berliter-liter darah. Namun apa yang mereka lihat memang sebuah kenyataan.

Perawat itu mengernyit ketika ia mendapati bahwa tubuh Kangmin dalam keadaan normal. Ia melirik ke samping ke arah genangan darah itu seolah tidak percaya.

"Tubuhnya normal." ucapnya kebingungan.

Hoyoung segera memberi isyarat pada Soora bahwa ini mungkin ulah sang iblis. Soora mengangguk lalu menatap perawat itu. "Bagaimana dengan tenggorokannya?"

"Kondisinya juga baik. Ia pucat karena shock, tapi jika ingin pemeriksaan lebih lanjut kami akan melakukan rontgen."

Hoyoung buru-buru menjawab. "Tidak perlu, kami akan membawanya ke dokter keluarga kami."

"Tapi darahnya--"

"Dokter itu akan menangani anak kami jauh lebih cepat."

Sang perawat menunjukkan mimik tak suka ketika Hoyoung berkata seolah penanganan di rumah sakit mereka tidak cepat. Meski begitu sang perawat hanya mengangguk dan pergi meninggalkan kedai.

Setelah itu mereka bergegas menyewa sebuat motel di kawasan rekreasi keluarga. Di sana tentu akan ramai hingga malam hari karena di dekat mereka ada pasar malam juga. Setidaknya motel ini masih dikelilingi tempat yang ramai.

Malam ini Kangmin tidur lebih cepat karena masih terguncang melihat darah-darah itu keluar dari mulut mungilnya. Sedangkan Soora dan Hoyoung duduk di sofa, berusaha mencerna kejadian tadi siang.

"Asal lo tahu aja, gue baru tahu kejadian ini sekarang."

Soora menaikkan sebelah alisnya. "Maksudnya?"

"Gue yakin ini ulah sang iblis tetapi bukan sang iblis sendiri yang melakukannya."

"Lalu?"

"Sang iblis hanya memberikan kemampuannya ke sesuatu dan sesuatu itulah yang membuat Kangmin muntah darah sebanyak itu."

"Apa ini ada hubungannya sama Minchan?"

Hoyoung mengangguk. "Tentu ada. Tapi gue nggak yakin ini sepenuhnya karena Minchan."

Soora bangkit, ia mengambil botol minumnya dan menegak air yang masih separuh itu hingga tandas. Suasana hatinya buruk tiap kali mengingat bagaimana Kangmin muntah darah tadi siang.

Ingin makan pun rasanya perutnya sudah penuh.

Soora berbalik,sedikit emosi dengan perkataan Hoyoung yang berbelit-belit. "Terus maksudnya apa? Bukan sepenuhnya sang iblis lalu bukan sepenuhnya Minchan, kamu ini ngomong beneran nggak sih?"

Hoyoung yang tahu Soora hendak meledak segera membawa wanita itu kembali duduk di sofa. Meski Hoyoung juga ingin marah karena wanita di depannya ini cerewet, dia berusaha keras menahannya dan sebisa mungkin bersikap tenang seperti Yongseung.

Bagaimana pun juga saat ini ia berperan sebagai Yongseung kan?

"Begini, lo pernah dengar cerita kalau orang yang udah meninggal bisa dihidupkan kembali berkat pemujaan terhadap iblis?"

[ii] G.B.T.B | VERIVERYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang