Sang iblis terkekeh. Ia melepaskan dagu Minchan lalu berjalan kembali ke singgasananya. "Mengapa serius sekali hm? Aku hanya bercanda."
Kedua mata Minchan membola, namun dengan cepat ia segera ikut terkekeh sebagai bentuk dari formalitas. Mata sang iblis yang menyipit karena tertawa kini kembali terbuka menampakkan api yang berasal dari neraka itu.
"Informasi apa yang aku dapatkan sekarang?"
Minchan tidak menduga bahwa sang iblis akan menagihnya secepat ini. Kesepakatan baru saja di buat bahkan mereka belum membicarakan tentang peraturan kesepakatan itu. Mengapa sang iblis seolah-olah tahu bahwa Minchan akan menjadi agen ganda?
Hantu itu mendongak, menatap mata sang iblis yang menyala. Sang iblis yang melihat itu hanya bisa menyeringai.
Jika boleh Minchan ingin segera merobek mulut itu.
"Aku tahu kau akan menawarkan diri menjadi agen ganda."
"Bagaimana kau bisa tahu?" tanya Minchan balik. Sepertinya tidak ada salahnya jika ia tahu mengenai hal ini.
"Aku tidak bodoh Hong Minchan." sindirnya dengan suara yang sangat Minchan benci. "Kau pikir apa tanganku akan terbuka lebar begitu saja ketika kau datang kemari tanpa menjual apapun?"
Minchan mengernyit. Mengapa konotasinya terdengar berbeda?
"Apa misimu selanjutnya?" tanya sang iblis dengan suara beratnya.
"Aku akan tetap berpura-pura menjadi sahabat mereka lalu akan membocorkan semua rencananya mereka padamu. Bukankah itu akan berpeluang besar padamu? Maka dari itu, izinkan aku untuk tetap bisa keluar dari kastil agar bisa menjadi agen ganda." terang Minchan meyakinkan.
Namun, sang iblis tidak menunjukkan reaksi apapun. Matanya tidak menyipit senang, tidak juga membola marah. Mulutnya juga tidak tertarik ke atas maupun ke bawah.
Ekspresi datar seperti itu sesungguhnya lebih menakutkan daripada seringai kejam miliknya.
"Bukan misi itu maksudku," jawabnya dingin.
Susah payah Minchan meneguk ludahnya sendiri. Firasatnya tidak enak dan seluruh tubuhnya gemetaran. Suhu ruangan tempatnya berpijak saat ini perlahan-lahan menurun membuat hawa dingin tidak bisa terhindarkan.
Minchan memeluk dirinya sendiri saat butiran salju mulai turun dari langit-langit. Ia memberanikan diri kembali menatap manik merah itu. "Ma--maksudnya?"
"Misimu bersama para sahabatmu untuk menyerangku."
Sial!
Hati Minchan mencelos. Sebenarnya sejauh apa sang iblis mengetahui alur permainan ini? Rencana mereka telah matang tapi tetap tidak bisa selangkah lebih maju dari sang iblis.
"Ka--mi tidak--"
"PENJARAKAN DIA KE RUANG BAWAH!" titah sang iblis membuat kurang lebih delapan penjaga masuk ke dalam ruangan dan mengunci semua pergerakan Minchan.
Minchan memberontak, tangannya sibuk meraih segumpal kertas yang sudah berada di saku celananya. Sayangnya tangannya telah dikunci dengan kuat sehingga tak mampu meraih mantra itu.
"Darimana lo tahu hal ini, sialan?!" tanya Minchan melongokkan kepalanya di antara bahu para penjaga yang menyeretnya pergi dari ruangan sang iblis.
Sang iblis tidak menjawab, ia hanya menyeringai. Matanya hanya tinggal satu yang berfungsi normal dan rasanya saat itu juga Minchan ingin mencolok mata itu dengan benda tajam supaya sang iblis tak lagi bisa melihat indahnya dunia.
Dunia terlalu indah untuk jadi tontonan mahkluk neraka seperti sang iblis.
Tunggu, benda tajam?
![](https://img.wattpad.com/cover/245270054-288-k491581.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[ii] G.B.T.B | VERIVERY
Fanfiction[COMPLETED] Buku Kedua dari seri PHOTO Go Beyond The Barrier. «The devil is back, it's time to pull the trigger back.» Sang iblis kembali. Semuanya menjadi dingin dan kegelapan terus melanda. Tidak ada cara lain selain terus berlari. Tetapi mau sa...