20

982 149 13
                                    

Renjun samar-samar mendengar bunyi burung bersiul

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Renjun samar-samar mendengar bunyi burung bersiul. Sinar matahari mulai masuk menyelinap ke dalam matanya yang masih tertutup. Anak itu menarik nafasnya. Kepalanya terasa sakit. Ia sama sekali tidak mau bergerak, apalagi beranjak dari kasurnya yang lembut ini. Suara air menetes dari kamar mandi terdengar samar-samar.

Renjun perlahan tersenyum.

Persis seperti dulu.

Mamanya setiap pagi akan sibuk membuat sarapan di dapur. Sedangkan papanya pasti sedang mengisi bak mandi di kamar mandi sampai penuh. Kadang dia juga sekalian mengurasnya kalau mama terlalu lelah seharian. Sekarang, tinggal tunggu sebuah kecupan lembut di wajahnya sebelum akhirnya ia bangun.

Sambil menarik nafasnya, ia pun membuka matanya.

Dan wajahnya merengut bingung.

Ia kini berada di sebuah ruangan yang asing. Terlihat seperti sebuah kamar tidur, dengan sebuah meja belajar dan sebuah lemari pakaian besar. Terdapat sebuah jendela besar di samping kanan kasurnya, membuat sinar matahari bisa masuk dengan mudah. Kamar itu kebanyakan berwarna putih, kecuali lemari dan mejanya. Bahkan kasur tempatnya berbaring pun berwarna putih, seperti kasur yang ia lihat di hotel-hotel.

Tapi tunggu.

Dimana dia?

Sektika itu juga jantungnya berdebar kencang. Wajahnya berubah panik. Tadi itu bukan mimpi. Ia benar-benar mendengar suara burung bersiul dan tetesan air. Ini bukan mimpi. Dan ini bukan rumahnya. Kasur tempat ia berbaring terasa asing.

Hal itu sukses membuatnya bangun. Ia segera duduk dan dengan panik melihat sekitarnya. Nafasnya berubah cepat.

Apa ia tertangkap?

Pintu kamarnya tiba-tiba terbuka. Renjun buru-buru meraih selimut tebalnya dan berlindung di baliknya. Seorang pria berambut putih masuk dan menatapnya. Renjun semakin memegang selimutnya dengan erat.

"Kau bangun?"

Renjun sedikit terkejut mendengar suaranya yang berat. Ia tidak berani menjawab. Ia menatap pria itu dengan takut. Pria itu nampak sadar bahwa Renjun ketakutan dan segera mengangkat kedua tangannya.

"Jangan khawatir, aku takkan menyakitimu."

Renjun masih terdiam.

"Luka di tangan dan kepalamu, itu kami yang mengobati."

Renjun menoleh melihat sebuah luka di tangan kanannya. Tiba-tiba, dari atas lukanya itu muncul cahaya kebiruan yang menutupi luka itu. Dalam waktu singkat, lukanya menghllang.

"Ya, kau juga bisa menyembuhkannya seperti itu."

Renjun kembali mengangkat selimutnya menutupi wajahnya. Ia tidak tahu dimana ia berada saat ini dan orang di depannya bisa melukainya. Ia masih terlalu lemah untuk melawan orang itu menggunakan kekuatannya.

We Be Pullin Trigger (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang