11

959 148 4
                                    

Haechan menghela nafasnya melihat Jeno

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Haechan menghela nafasnya melihat Jeno. Ia tahu seberapa penting Jaemin dalam hidupnya. Bagaimana ia sangat terpukul ketika Jaemin memutuskan untuk pergi. Sekarang mereka terpisah, Haechan sama sekali tidak tahu kemana mereka pergi, apa mereka baik-baik saja.

Perlahan, Haechan pun menepuk pundak Jeno.

"Jeno-ya," panggil Haechan pelan. Ia bisa melihat kantung mata di wajah Jeno akibat berjaga semalaman.

"Kamu gak tidur?"

Jeno menggeleng kecil.

"Aku gak bisa tidur."

Haechan terdiam mendengarnya.

"Renjun?"

"Dia di kamarnya," jawab Haechan. "Kayanya dia juga gak bisa tidur."

Jeno mengangguk mengerti.

"Apa kita akan kesana pagi ini?" tanya Haechan lagi.

"Ya," jawab Jeno. "Aku tau ini jebakan. Tapi kalau memang mereka punya informasi tentang Minhyung, aku gak bisa tetep diem disini aja."

"Kita pergi bersama."

"Jangan. Jaga Renjun di rumah, ini terlalu bahaya."

"Lebih banyak alasan kenapa kita harus ikut," balas Haechan. "Kalau ini bahaya buat kamu, bukannya mending kita dateng barengan? Aku yakin kita bertiga bisa ngalahin mereka. Lagian, Renjun mana mau ditinggal sendiri."

Jeno tertawa kecil.

"Baiklah. Kita bersiap. Sebenar lagi kita berangkat."

"Hyung!"

Renjun tiba-tiba berlari masuk ke kamar Jeno.

"Ada apa?"

"Jisung nelpon tadi," ujar Renjun. "Mereka udah nemu tempat tinggal yang aman."

Haechan menghela nafas lega.

"Apa mereka bilang kapan bakal balik?"

Renjun menggeleng pelan.

"Jisung cuma bilang kita gak usah cemasin mereka. Mereka baik-baik aja. Katanya, Jaemin hyung juga masih sedikit marah."

Haechan menoleh menatap Jeno yang hanya terdiam mendengar Renjun.

"Baiklah. Kamu cepet bersiap, kita akan ke alamat itu sekarang."

Renjun mengangguk mengerti.

"Renjun-ah," panggil Jeno.

Renjun kembali berbalik menatap Jeno.

"Ya?"

Jeno menatap Renjun dan memaksakan seutas senyum.

"Semua yang Jaemin bilang kemarin, jangan kamu dengerin."

Renjun terdiam mendengar perkataan Jeno. Perlahan, pria itu berdiri dari kasurnya dan menepuk pundak Renjun. Di saat seperti inilah Renjun merasa karisma Jeno sangat luar biasa. Ia tahu usia mereka tidak terpaut jauh, namun ia tidak yakin bisa menjadi seperti Jeno ketika besar nanti.

We Be Pullin Trigger (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang