37

895 136 8
                                    

Renjun mengela nafasnya seraya menatap langit gelap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Renjun mengela nafasnya seraya menatap langit gelap. Sudah lama ia tidak mempunyai waktu sendirian seperti ini, dengan tenang membiarkan malam berlalu. Semua yang telah ia lakukan sampai ke detik ini, semua perjuangan dan susah payah yang ia lewati. Semua itu akan terbayar kan? Ia merindukan kehidupan lamanya, ke sekolah dengan Yangyang dan Ryujin. Makan di kantin bersama, belajar layaknya anak normal.

Kalau Ryujin masih hidup, kira-kira dimana dia saat ini?

Mungkin dia akan memaksa untuk ikut dengannya, meski gadis itu tahu semua ini bahaya. Ia memang sangat keras kepala.

Renjun kembali menghela nafasnya. Kabut malam ini cukup tebal, ia tak bisa melihat apa-apa dari kejauhan, namun ia merasa sangat tenang.

"Kenapa kalian semua pada emosian begini?"

Renjun menoleh ketika mendengar suara Haechan. Ia tertawa kecil.

"Hyung," sapanya.

"Kenapa? Kamu ngapain di halaman luar sendirian begini? Gak takut ada setannya?"

"Aku suka film setan. Hyung gak tau ya?"

"Bukan itu maksudnya." Haechan menggertakkan giginya. Renjun tersenyum kecil. "Kamu lagi mikir apa?"

"Hmm, temen-temenku," jawab Renjun.

"Temen sekolah?"

"Ya. Ryujin sama Yangyang. Cuma mereka berdua temen deketku selama di sekolah."

"Sekarang mereka dimana?"

Renjun menghela nafasnya.

"Yangyang entah kemana, aku gak pernah ngeliat dia lagi."

Haechan mengangguk mengerti. Ia takkan bertanya mengenai Ryujin, selama topic itu masih terlalu sensitif baginya.

"Tapi, kabutnya tebel banget gak si?" tanya Renjun.

Haechan mulai mengamati sekitar mereka.

"Bener juga. Kabutnya kaya teb—"

Ucapan Haechan terpotong begitu saja. Renjun menoleh menatapnya dengan bingung.

"Kenapa hyung?"

"Ini bukan kabut."

Nafas Renjun tercekat.

"Lantas?"

Belum sempat Haechan menjawab, Renjun merasa tubuhnya semakin lama semakin berat. Pandangannya mulai berputar dan tanpa sadar ia terjatuh ke lantai.

"Renjun!"

Haechan segera berlutut di sampingnya, namun pandangan Renjun berubah gelap. Samar-samar ia mendengar suara teriakan Haechan, sebelum akhirnya semua berubah gelap.

.

Renjun membuka matanya dengan kepala yang sakit. Ia benci sekali rasanya seperti ini. Mulutnya mengerang menahan sakit seraya ia berusaha bangkit dari tempat ia berbaring. Tangan kanannya menahan tubuhnya agar bisa tetap duduk dengan seimbang. Dilihat dari pegalnya tubuhnya kala itu, bisa diasumsikan bahwa hari sudah pagi.

We Be Pullin Trigger (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang