30

902 129 2
                                    

Fall, 2001

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Fall, 2001.

"Pegang tanganku," ujar Chanyeol. "Jangan pernah lepaskan."

Seungwan mengangguk seraya menahan tangisnya. Chanyeol berusaha tersenyum, meski kini wajahnya berlumuran dengan kotor dan darah kering. Seungwan mungkin tidak melihat apa yang telah Chanyeol lakukan sampai ke titik ini, namun melihat wajah dan tubuhnya yang penuh luka, hati gadis itu terasa sakit. Chanyeol melakukan semua ini agar mereka selamat. Agar ia dan bayi mereka bisa hidup normal.

Gadis itu menarik nafasnya. Ledakan di belakang Chanyeol terus terjadi. Ia menatap Chanyeol dengan khawatir.

"Ayo, kita lari."

Perut Seungwan sudah terlihat cukup besar. Gadis itu memegang tangan Chanyeol dengan erat sebelum turut berlari, secepat mungkin yang kedua kakinya bisa lakukan. Nafasnya dengan cepat berubah berat, namun ia terus berlari. Ia tak boleh berhenti disini. Masa depan mereka tergantung pada hari ini.

Bangunan di mereka meledak dengan keras, membuatnya terjatuh. Namun Chanyeol segera menariknya berdiri dan kembali berlari. Sampai akhirnya mereka berdua melihat sebuah kapal kecil menanti di ujung jalan. Seungwan mempercepat langkahnya. Chanyeol meraih tali yang mengikat kapal itu dan membantu Seungwan naik ke atasnya. Nafas gadis itu terengah-engah.

Chanyeol melepas tali kapal itu dan menyalakan mesinnya. Kapal itu berkendara dengan cepat, meninggalkan bangunan yang lama kelamaan hancur itu.

Seungwan melihat bangunan itu terbakar dengan mata kepalanya sendiri. Terbakar sampai menjadi abu.

Dan kini, mereka bebas.

Mereka bebas.

Seungwan segera menarik Chanyeol ke dalam pelukannya. Ia menarik nafas lega seraya menangis di pelukannya. Hormonnya mulai bicara. Ia biasanya tidak cengeng seperti ini.

"Kita berhasil," bisik gadis itu. "Kita bebas."

Chanyeol tersenyum lebar.

"Hanya kau dan aku sekarang. Kita akan merawat anak kita sampai besar."

Seungwan mengelus wajah Chanyeol yang penuh luka itu dengan lembut.

"Kau akan jadi ayah yang baik."

"Dan kau akan jadi ibu terhebat untuknya," balas Chanyeol. "Dia akan jadi anak paling beruntung di dunia. Tidak semua orang bisa punya orang tua yang menghancurkan sebuah gedung besar dalam pelariannya."

Seungwan tertawa kecil.

"Aku mencintaimu."

"Aku juga, mencintaimu."

.

Winter, 2002.

Chanyeol memeluk Seungwan dengan erat. Ia mencium kening gadis itu dengan lembut dan mengeratkan pelukannya. Ia tidak terlalu menyukai musim dingin, ia paling tidak suka merasa kedinginan. Tapi kalau musim dingin membuatnya bisa memeluk gadis itu tanpa dimarahi terlebih dahulu, bisa jadi musim dingin sekarang adalah musim kesukaannya.

We Be Pullin Trigger (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang