02

1.7K 202 1
                                    

Renjun menyantap sosisnya dengan malas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Renjun menyantap sosisnya dengan malas. Ia menatap Chenle yang dengan mata tertutupnya berusaha menyantap sarapan. Jisung sendiri sudah menyerah dan memilih tidur di meja. Anak itu lagi-lagi mengeluh. Untuk apa bangun pagi kalau mereka takkan melakukan apa-apa seharian?

"Renjun-ah," panggil Haechan.

"Ya hyung?" jawab Renjun setengah mengantuk.

"Suruh Jaemin keluar dari kamarnya," ujar Haechan seraya meletakkan piring berisi sosis dan nasi di atas meja, mungkin untuk Jaemin.

"Oke."

Renjun beranjak dari kursinya menuju kamar Jaemin. 2 tahun ini berlalu cepat. Sangat cepat. Mereka tetap hidup dibalik bayangan. Berusaha untuk tidak menarik perhatian banyak orang. Mereka pindah rumah tiap 6 bulan sekali. Renjun tak pernah menyangka hidupnya akan berubah seperti ini.

Apa ia menyesal?

Tidak.

Apa ia ingin kembali ke kehidupan lamanya?

Jawabannya tidak.

Terlalu banyak rasa sakit di kehidupan lamanya. Untuk sekarang, ia senang bisa tinggal bersama 5 orang lain yang paling mengerti dirinya.

Renjun pun mendorong pintu kamar Jaemin.

"Hyung, disuruh keluar sama Haech—"

Mata anak itu terbelalak lebar ketika melihat tubuh Jaemin tak berbalutkan busana apapun. Namun bukan itu yang membuatnya terkejut.

"H-Hyung..."

Tubuh Jaemin penuh dengan bekas luka. Penuh, benar-benar penuh. Renjun mungkin hanya melihat punggung pria itu. Sebuah luka sayatan tergores panjang memenuhi punggung itu. Terdapat bolongan di atas punggung Jaemin, nampak seperti luka tembak.

Dengan panik, Renjun buru-buru menutup pintu.

"Renjun-ah," panggil Jaemin dari dalam. "Masuk."

Perlahan, Renjun kembali membuka pintu. Ia masuk dengan canggung. Jaemin dengan santainya mengenakan kaus oblong miliknya. Matanya menatap Renjun dengan penasaran.

"Kalau mau tanya, langsung tanya aja," ujarnya.

"E-Eh? G-Gak kok, aku gak mau nanya apa-apa," jawab Renjun kegagapan.

Jaemin tertawa kecil.

"Ini semua luka dari penangkaran," ujarnya tiba-tiba. "Dulu Jisung itu yang paling kuat. Mereka selalu nyiksa aku supaya kekuatan Jisung keluar."

Jaemin mengangkat pakaiannya. "Luka di perut ini adalah luka yang pertama kudapat. Mereka memecutku."

"Di perut?"

"Iya. Aku nyaris mati gara-gara ini," jawab Jaemin.

Renjun perlahan berjalan mendekati Jaemin. Tangannya terangkat, meraba bekas luka yang dibicarakan Jaemin barusan. Matanya tak terasa berair.

We Be Pullin Trigger (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang