13

977 148 2
                                    

Jisung menatap Jaemin dengan khawatir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jisung menatap Jaemin dengan khawatir. Pria itu belum makan apa-apa sejak kemarin, dan ia cukup yakin kakaknya itu juga tidak tidur semalaman. Seharian penuh ia hanya duduk sendirian di depan pintu, seperti tengah menanti sesuatu.

"Hyung," panggil Jisung.

Jaemin masih diam tak bergeming.

"Kita kapan kembali? Jeno hyung dan yang lain pasti khawatir," ujar Jisung pelan. Ia tak mau membuat kakaknya itu semakin marah. "Kita minta maaf dan gabung bareng mereka lagi, gimana? Berenam lebih baik dibanding cuma bertiga kaya gini."

Jisung bisa mendengar Jaemin menghela nafas lelah. Mereka bertiga kini tinggal di sebuah kamar kecil yang Jaemin sewa dengan cepat. Dan walau baru terpisah sehari, Jisung sudah sangat merindukan yang lain.

Mereka bisa kembali seperti semula kan?

"Aku tau maksud hyung. Aku juga gak mau balik ke tempat itu. Tapi kalau begini terus, semakin mudah buat mereka nangkep kita. Ini membahayakan kita juga. Ya? kumohon, hyung. Aku yakin hyung tau kita gak seharusnya misah."

Jaemin terdiam mendengar perkataan Jisung. Wajahnya nampak pucat.

"Aku salah," gumam Jaemin. "Aku seharusnya gak ngomong gitu ke Renjun."

Jisung melihat kakaknya dengan tatapan sedih.

"Karena itu, kita kembali sekarang dan minta maaf. Kita beresin semua ini. Aku gak mau kita tinggal bertiga doang, kita itu harusnya berenam."

Jaemin menoleh menatap Jisung. Pria itu tertawa kecil dan lantas mengacak-acak rambut Jisung dengan jahil. Jisung lantas mengerang kesal.

"Hyung!"

Anak itu buru-buru kembali merapihkan rambutnya.

"Kamu bener-bener udah dewasa," ujar Jaemin pelan. "Mana anak yang selalu nangis tiap kali denger suara kereta api depan rumah?"

"Udah gak ada, hyung. Mulai sekarang, hyung gak perlu ngelindungin aku lagi. Biar aku yang ngelindungin hyung."

Jaemin tertegun mendengarnya. Perlahan, ia tersenyum kecil.

"Dasar."

Ponsel Jisung tiba-tiba bergetar. Ia mengangkat benda itu dan melihat nama Renjun tertera disana. Ia diam-diam menatap Jaemin.

"Siapa?"

"Renjun."

"Angkat aja. Aku gak apa-apa."

Jisung menarik nafasnya sebelum mengangkat panggilan itu.

"Halo?"

Jisung menunggu, namun tidak ada suara yang menjawab.

"Halo?"

Ia melihat ponselnya kembali dan menyadari panggilan terputus.

"Aneh," gumam Jisung. "Mungkin karena sinyal."

We Be Pullin Trigger (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang