34

955 142 9
                                    

Renjun merasa kembali dalam waktu, seolah dirinya diberi kesempatan kedua

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Renjun merasa kembali dalam waktu, seolah dirinya diberi kesempatan kedua.

Ia tahu dibandingkan dengan yang lain, apa yang ia alami tidak seberapa. Ia tidak harus melihat kakaknya sendiri terbunuh, tidak harus melihat kakaknya sendiri disiksa demi kepentingan pribadi, ia masih punya keluarga yang normal sampai ia cukup dewasa, sedangkan yang lain kehilangan keluarganya ketika mereka masih kecil.

Renjun malu mengatakan ini, tapi apa yang ia alami itu bukan apa-apa. Kalau ia mengalami apa yang mereka alami, ia mungkin takkan bisa bertahan.

Tapi, disinilah ia saat ini.

Kehidupan membawanya ke titik ini.

Dan ia tidak punya penyesalan. Semua petualangan yang ia rasakan bersama orang-orang itu membuatnya tumbuh semakin dewasa. Dan kalau ia diberi kesempatan memilih, ia akan memilih melewati semua itu lagi. Mereka adalah kenangan berharga baginya.

Renjun perlahan membuka matanya. Ia menghela nafas lega ketika melihat dirinya kini berada di kamar yang familiar. Bibirnya membentuk senyum kecil. Dulu ini adalah kamarnya, ketika ia masih kecil. Ia ingat mereka sempat bermain bajak laut disini, dimana kasur adalah kapalnya dan lantai adalah lautan luas. Ia menarik nafasnya. Semua masih terlihat sama. Tidak ada yang berubah dari kamar lamanya dulu.

Renjun-ah, cepat bangun. Aku merindukanmu.

Ia menoleh ke samping dan melihat Chanyeol tertidur di samping kasurnya seraya memegang tangannya dengan erat. Kepalanya diletakkan tepat di sebelah tangannya dan ia duduk dengan posisi tidak enak di sampingnya. Renjun pun bangkit dan duduk di kasurnya.

"Papa," panggilnya pelan.

Renjun tersenyum kecil. Papanya memang selalu sulit dibangunkan.

"Papa," panggil Renjun sedikit lebih keras.

Chanyeol nampak mengerang kelelahan. Ia mengangkat kedua tangannya tinggi-tinggi dan meregangkannya. Sekujur tubuhnya menghasilkan bunyi keras, membuat Renjun meringis mendengarnya. Barulah setelah beberapa saat, ia tersadar dan melihat Renjun.

"Kau sudah bangun?"

Renjun mengangguk pelan. Chanyeol segera memeriksa lukanya dengan khawatir.

"Gimana? Masih sakit?"

"Gak. Udah sembuh malahan."

Chanyeol menghela nafas lega.

"Papa, mama mana?"

"Mama dilu—"

Ucapan Chanyeol langsung terpotong ketika mendengar Renjun memanggilnya dengan sebutan papa.

"Tadi kamu bilang apa?"

"Mama mana?" Renjun dengan bingung mengulangi pertanyaannya.

"Bukan, bukan itu. Sebelumnya. Kamu manggil sesuatu."

We Be Pullin Trigger (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang