26

916 153 6
                                    

Pagi itu, Renjun terbangun cukup awal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi itu, Renjun terbangun cukup awal. Biasanya ia baru bangun ketika matahari sudah tinggi. Waktu tidurnya menjadi kacau sejak ia bergabung dengan tim. Mereka bisa tidur pukul 2 atau 3 subuh dan bangun sore hari. Namun entah mengapa, pagi itu ia bangun cukup pagi, seperti ketika ia masih harus pergi ke sekolah. Bangun pagi bukanlah hal yang ia suka, namun ia tahu ia takkan bisa tidur lagi kalau sudah terbangun. Sambil menghela nafasnya, Renjun pun keluar dari selimutnya, meninggalkan kehangatan yang menjaganya semalaman.

Ia mengusap-usap matanya dan keluar dari kamar sepelan mungkin, tidak mau membangunkan yang lain yang masih terlelap. Ia terkejut melihat dapur yang sudah menyala terang meski hari masih subuh. Seorang wanita nampak tengah asyik memasak di dapur, sehingga tidak menyadari keberadaan Renjun. Anak itu pun berjalan ke dapur dan mengambil segelas air.

"Ah, Renjun! Pagi," ujar Wendy.

"Pagi juga," balas Renjun seraya meneguk airnya. "Lagi masak?"

"Iya. Mau bantu?"

Renjun meletakkan gelasnya.

"Aku gak terlalu bisa masak."

"Kalau begitu, bantu aku tata mejanya."

"Baiklah."

Renjun mulai membantu Wendy menata meja makan. Ia mengambil nasi hangat dari rice cooker ke dalam mangkuk dan diletakkannya diatas meja. Ia juga turut membantu mengambil sup panas yang dibuat Wendy.

"Kenapa kau bangun begitu pagi?" tanya Wendy.

"Gak tau. Tiba-tiba kebangun aja," jawab Renjun. "Kau sendiri?"

"Aku? Aku memang selalu bangun sepagi ini untuk menyiapkan sarapan," jawab Wendy seraya menggoreng sesuatu.

Renjun hanya mengangguk pelan. Perutnya tiba-tiba berbunyi.

"Mau makan dulu?"

"Ah, gak apa-apa. Tunggu yang lain bangun aja."

Wendy buru-buru meletakkan sosis yang baru ia goreng ke meja makan.

"Kita makan duluan aja. Yang lain pasti masih lama bangunnya."

Wanita itu kemudian duduk di meja makan seraya masih mengenakan apron. Renjun akhirnya turut duduk mengikutinya. ia tersenyum kecil. Semua ini mengingatkannya pada mamanya. Dulu ia sering memasak untuknya, bahkan beberapa kali memaksa untuk membawakannya bekal.

"Selamat makan," ujar Renjun pelan.

Renjun mulai menyantap nasi hangatnya dengan sup buatan Wendy. Rasanya sangat enak sampai Renjun makan dengan cepat.

"Makan pelan-pelan, nanti keselek."

"Iya."

Keduanya makan dalam diam. Tanpa disadari, seseorang sedari tadi memperhatikan keduanya. Jisung keluar dari kamarnya dengan rambutnya yang berdiri. Ia menguap keras. Matanya langsung berbinar ketika mencium bau makanan dari dapur. Buru-buru ia berlari ke dapur, namun seseorang lebih dulu menahannya.

We Be Pullin Trigger (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang