23. Apa kita pernah bertemu?

15 3 0
                                    

Play now • A-pink BnN - I Pray 4 You

***

Kalo ada typo tolong diingetin.

Selamat membaca …

***

Entahlah. Caramu menatapku, seperti kamu mengenalku. Apa … memang kita saling mengenal, hanya saja aku tak mengingatnya? Atau mungkin kita pernah bertemu sebelumnya?

✿✿✿

"Ihhh Zahra, lo serius?"

Zahra mengangguk menanggapi pertanyaan Vara.

"Wae?"

"Ya mana gue tau," ucap Zahra acuh, kemudian ia menyenderkan tubuhnya dan memejamkan matanya.

"Katanya, saat seseorang diberi pilihan untuk memilih bersama orang yang selalu ada atau bersama orang yang baru, maka mereka akan memilih untuk bersama dengan orang yang selalu ada. Tapi, yang terjadi sama lo malah sebaliknya?"

Zahra tersenyum miring dan mengendikkan bahunya.

"Lo kenapa sih?"

"Entahlah, rasanya gue udah muak sama semua ini. Gue cape," ucap Zahra meletakkan kepalanya di atas meja dan memejamkan matanya.

"Cape boleh, nyerah jangan," tukas Arkan yang tiba-tiba datang.

"Hmm," gumam Zahra malas menanggapi.

"Ra, gimana?" tanya Arkan.

"Gimana apanya?" Vara balik bertanya kepada Arkan.

"Ngapa lo nanya balik ke gue? Lagian gue juga bukan nanya ke lo kok, gue nanya sama Zahra."

"Salah gitu kalo gue kepo?"

"Yakk, salah!"

"Wae??"

"Hobi banget ya lo berdua ngomong bahasa alien?!"

"Arkan kan gue udah bilang, itu tuh bukan bahasa alien!" Zahra mengangkat kepalanya dan menatap tajam Arkan.

"Terus bahasa apa?" tanya Arkan tersenyum jahil.

"Kepo!!" sahut Vara kesal.

"Dih dasar!" decih Arkan sebal.

Ketiganya terdiam, Vara sibuk memainkan ponselnya, Arkan sibuk memandangi Zahra yang tengah melamun dengan kepalanya yang masih ada di atas meja.

"Ra?" panggil Arkan karena Zahra tak menjawab pertanyaannya sebelumnya. "Are you okay?"

"I'm not okay, Ar," lirihnya sambil memperbaiki posisi duduknya dan mengangkat kepalanya.

"Why?"

"Ary nggak ada ngasih dia kabar selama kurang lebih seminggu, setelah 'kejadian itu'," jawab Vara mewakilkan Zahra, ia sedikit memelankan suaranya di dua kata terakhir.

Terdengar suara hembusan nafas kasar dari Arkan, Zahra hanya menarik nafasnya dalam-dalam dan kembali meletakkan kepalanya di atas meja.

***

"Ini pantinya?" tanya Arkan.

Zahra hanya mengangguk, terlihat ia ingin melangkah ke dalam tapi ragu.

"Kenapa?"

"Gue nggak tau, setiap gue mau masuk ke dalam sana pasti ada keraguan yang hinggap," racau Zahra.

"Permisi." Keduanya langsung menoleh ke belakang dan mendapati seorang gadis yang sepertinya seumuran dengan bang Ando.

Bukannya menjawab, Zahra menelengkan kepalanya, menatap gadis yang juga tengah memperhatikannya dengan detail.

"Maaf kak, apa kita pernah bertemu sebelumnya?" tanya Zahra pada akhirnya.

Terlihat gadis itu menggeleng lalu tersenyum, ia mengulurkan tangannya. "Adel," ucapnya memperkenalkan diri.

Dengan cepat Zahra balas menjabat tangan gadis itu. "Zahra kak, dan ini temen aku namanya Arkan."

Adel melepaskan jabatan tangannya dari Zahra lalu beralih kepada Arkan.

"Kalian berdua mau masuk?" tanya Adel kepada keduanya.

Zahra mengangguk. "Iya kak."

"Ya udah yuk masuk," ajak Adel kepada keduanya.

Zahra dan Arkan masuk mengikuti Adel. Baru saja sampai di tengah-tengah halaman, sudah terdengar suara sorak-sorai anak panti. Mereka meneriakkan nama Adel dan Zahra.

"Kak Adellll."

"Kak Zahraaa."

"Hallo semua," sapa Zahra dan Adel bersamaan.

"Hallo kak Zahra. Hallo kak Adel," jawab mereka begitu antusias.

Zahra dan Adel tersenyum senang melihat mereka yang begitu antusias menyambut kedatangannya.

"Tata Zahla, tata anteng itu ciapa?" tanya seorang anak kecil dengan suara cadelnya.

Zahra menatap Arkan yang memperlihatkan wajah bingung, tak mengerti dengan apa yang dikatakan anak kecil itu. Zahra hanya terkikik geli melihat ekspresi wajah Arkan.

"Namanya kak Arkan, dia temen kakak," ucap Zahra sambil berjongkok di depan anak kecil itu.

"Temen apa temen?" ledek salah satu gadis yang berusia sekitar 12 tahun.

"Ehhh … eumm temen kok," jawab Arkan sambil tersenyum canggung.

"Yakin cuma temen? Nggak ada niatan buat lebih dari itu?" tanya Adel yang diakhiri kekehan.

Zahra dan Arkan terlihat salah tingkah ditanya seperti itu.

"Aaa ciee, kak Zahra sama kak Arkan salting," ledek anak-anak bersama.

"Woahh akhirnya kita punya perfect couple baru," celetuk salah seorang anak yang disambut tepuk tangan meriah oleh anak-anak lain.

Zahra menggeleng-gelengkan kepalanya, heran dengan anak kecil sekarang sudah mengerti seperti itu.

"Zahra," panggil seseorang, Zahra yang tadinya berjongkok kini berdiri dan tersenyum mendapati wanita paruh baya yang ingin ditemuinya.

"Assalamu'alaikum bunda," sapa Zahra lalu menyalami tangan wanita itu, disusul oleh Adel dan Arkan.

"Wah, wah Zahra udah gede ya sekarang. Udah punya cowo," ledek Bunda Riri ketika melihat Arkan.

Lagi-lagi Zahra dan Arkan dibuat salting dan tersenyum canggung.

"Nggak kok Bunda, kita berdua cuma temen," ucap Arkan berusaha mengelak.

"Yakin cuma temen?" tanya Bunda Riri memancing.

"Iya Bun," jawab Zahra sambil tersenyum.

"Iya, iya Bunda percaya. Kan yang dihatinya Zahra itu cuma Ary seorang," ledek Bunda Riri lalu terkekeh pelan.

Zahra mematung mendengar penuturan Bunda, ia mencoba untuk tetap tersenyum dan menunjukkan bahwa semuanya baik-baik saja, meskipun hal itu sulit untuk dilakukan.

✿✿✿

#HaiHai
Aku kehabisan kata untuk part ini.
Satu kata untuk part ini.

Maaf kalo pendek, jangan lupa tinggalkan jejak.
See you next part
Love
HarlinaPutri❣️

Secret AdmirerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang