Now playing. Lee Hi-Holo.
***
Kalau ada typo tolong diingetin🙏
Selamat membaca.***
Aku mencintai malam, ketika gelap menguasai hari, ketika matahari menahan egonya dan membiarkan bulan dan bintang bersinar.
***
Seorang gadis terbangun di tengah malam. Ia terbatuk. Gadis itu mengubah posisi tidurnya menjadi duduk, kemudian memegang dadanya yang terasa sakit. Ia masih terus terbatuk. Tangan kanannya menekan kuat-kuat dadanya, berharap rasa sakitnya berkurang.
Sedangkan tangan kirinya mencengkeram selimut yang menutupi tubuhnya. Ia menyingkapnya, kemudian dengan cepat beranjak pergi meninggalkan ranjangnya. Ia membuka pintu kamar mandi dengan kasar, setelahnya berjalan dengan cepat menuju wastafle.
Ia memuntahkan sesuatu yang terus saja bergejolak di dalam tubuhnya, memaksa untuk dikeluarkan. Cairan berwarna merah kental keluar dengan cepat dan langsung memenuhi setiap rongga wastafle, mengubah warnanya yang semula putih menjadi merah. Nafasnya tersenggal, darah masih terus keluar dari mulutnya bahkan lebih banyak dari yang sebelumnya.
Tangannya bergerak menyalakan keran air dengan gemetaran. Air mengalir membasahi rongga wastafle yang tadinya dipenuhi darah. Tangan yang tadinya memegang handle keran, kini berpindah posisi menjadi menengadah, menampung air lalu membasuhkannya ke mulut dengan lembut, membersihkan sisa-sisa darah di sekitar mulutnya yang sudah ia muntahkan.
Setelah itu, kepalanya mendongkak, menatap pantulan dirinya di cermin. Ia melihat adanya perubahan pada wajahnya. Kantung mata yang membesar dan sedikit menghitam, menjadi tanda bahwa selama beberapa malam terakhir ini ia tidak bisa tidur dengan tenang.
Ia selalu terbangun di tengah malam sejak seminggu yang lalu. Tidak hanya itu saja, ia juga terus batuk disertai dengan darah yang keluar, menyebabkan rongga dadanya terasa sesak dan menyakitkan. Gadis itu membasuh wajahnya, kemudian mematikan keran air dan pergi keluar dari dalam kamar mandi.
Ia berjalan menuju ranjangnya, lalu mendudukkan dirinya di sana. Tangannya terulur untuk mengambil gelas berisi air putih, dan meminumnya sedikit.
Brakkkk.
Suara berdebum terdengar memekakkan telinga, kala jendela kamarnya tiba-tiba terbuka lebar karena angin yang cukup kencang. Ya dia lupa mengunci jendela kamarnya. Tirai berterbangan karena angin yang terus berembus dengan kencang.
Gadis itu meletakkan gelasnya kembali di atas nakas, ia berdiri dan berjalan menuju jendela yang terbuka. Ia memejamkan matanya, mencoba menikmati suara kesiur angin yang membelai lembut telinganya. Rambutnya yang halus berterbangan dibuatnya.
Ia membuka matanya, dan langsung dihadapkan pemandangan langit tengah malam yang dipenuhi bintang. Ia tersenyum, melupakan sejenak rasa sakit yang ia rasakan beberapa menit yang lalu. Tangannya terangkat, mencoba membelai bintang-bintang itu, namun ia hanya mampu membelai udara yang terasa dingin.
"Aku mencintai malam, ketika gelap menguasai hari, ketika matahari menahan egonya dan membiarkan bulan dan bintang bersinar." Ia mulai bermonolog sendiri.
"Aku mencintai malam, ketika para serangga berbisik lembut padaku, bahwa sebenarnya tidak ada yang perlu ditautkan dalam kegelapan. Bukankah masih ada cahaya yang dapat aku lihat dalam kegelapan malam??" tangannya masih terus mengawang di udara.
Gadis itu menutup jendela kamarnya, kemudian disusul dengan tirai yang ia tarik perlahan. Ia berjalan ke arah ranjangnya dan membaringkan tubuhnya, mencoba memaksa agar matanya terpejam dan melupakan sejenak tentang rasa sakit yang tengah ia rasakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Admirer
Teen FictionCover by : @nidahfzh_ Seorang anak kecil bergaun putih susu itu berjalan mendekati sahabatnya yang tengah duduk di tepi danau sambil memandangi bintang. "Kamu masih suka bintang?" tanyanya kepada sahabatnya. "Sampai kapanpun aku akan selalu suka sam...