Aku sudah memasukkan semua bukuku ke dalam tas, begitu juga dengan Shaba. Kami akan makan siang bersama hari ini. Menambahkan waktu untuk bisa saling berbicara lebih banyak lagi. Tapi lebih tepatnya, aku sedang menepati janjiku pada Morgan. Biar bagaimanapun janji tetaplah janji. Aku tidak akan melanggar janjiku itu. walaupun rasanya sangat menyebalkan harus bertemu lagi dan lagi dengan lelaki gila itu.
Aku sudah memutuskan untuk tidak memberi tau Shaba kalau Morgan juga akan ikut. Atau dia akan berfikir yang tidak-tidak nantinya. Biarlah Shaba tau dengan sendirinya.
"Supirmu sudah menjemput Far?"
"Biasanya sih sudah. Kemarin kanterlambatnya karna belum tau arah jalan."
Shaba mengangguk paham. Kemudian kami menuruni lantai tiga sekolah menuju gerbang. Benar seperti perkataanku, supirku sudah duduk manis di mobil menungguku keluar.
"Kita jemput adikku dulu Far," ujar Shaba memberitahuku.
Aku mengangguk, lalu menyuruh supirku ke sekolah Zay.
Seperti kemarin saat aku menemani Shaba, kami harus menunggu Zay keluar dari sekolahnya terlebih dahulu.
Suasana sekolah sudah sepi, hanya satu dua orang murid masih berkeliaran di sekolah. Mungkin untuk melakukan kegiatan tambahan atau lain sebagainya. Aku mengikuti Shaba melihat kesana kemari mencari Zay. Entah dimana keberadaan Zay saat ini.
Nah, itu dia Zay. Dia bersama salah seorang murid SMP yang kemarin sempat bersamanya. Dengan pakaian penuh dengan keringat. Mungkin Zay lepas bermain futsal bersama anak itu.
"Kamu ini ya, berapa kali saya bilang jangan pengaruhi adik saya!" Shaba melotot pada Yuga, sambil menarik adiknya mendekat.
"Hay Kak Shaba cantik. Apa kabar Kakak hari ini?" Yuga malah menyapa Shaba dengan senyum terbaiknya.
"Gak usah sok akrab kamu ya!" Shaba semakin melototkan matanya kesal pada Yuga. Aku yakin, pasti setiap kali ia menjemput adiknya, maka mau tidak mau ia akan bertemu dengan anak ini. Murid laki-laki kelas III SMP yang terang benderang memperlihatkan perasaan cinta monyetnya pada Kakak Shaba.
"Kan kita memang sedang melakukan pendekatan Kak," Yuga mengedipkan sebelah matanya pada Shaba.
'Aduh biung...!'Aku berusaha menahan tawa. Yuga adalah lelaki jantan terbaik yang pertama kali kutemui. Dia tidak ragu-ragu mengungkapkan perasaannya.
Shaba kembali melotot pada Yuga. Semoga saja matanya tidak berceceran jatuh ke aspal. "Ayo kita pulang Zay!" Shaba menarik tangan Zay menuju mobilku.
"Eh Kak! Kita mau kemana?" tanya Zay bingung.
"Kita mau makan siang dulu barengan Kak Fara," jawab Shaba membuka pintu mobil paling belakang. Menyuruh Zay untuk masuk. Setelah itu dia menyusulku masuk ke dalam mobil. "Eh, kamu ngapain disini?" Fara menunjukkan telunjuknya ke kursi belakang.
Aku menoleh. Ternyata Yuga sudah duduk manis disamping Zay. 'Sebentar saudara-saudara, siapa yang menyuruh dia untuk ikut masuk?.'
"Mau ikut Kak," Yuga menjawab santai membenarkan posisi tas nya.
"KELUAR! Kamu gak boleh ikut," Shaba berkata tegas. Dia bukan kesal lagi pada Yuga. Tapi sudah mulai marah pada anak itu.
"Kak Fara! Aku boleh ikut kan?" Yuga memasang tampang memelasnya padaku.
Aku tidak menjawab, malah melirik kearah Shaba.
"Gak boleh."
"Boleh ya Kak?" Yuga tetap melanjutkan pameran tampang memelasnya padaku. Aku kembali melirik kearah Shaba.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kupu-kupu dan Senja ~TAMAT
Novela JuvenilFarasya Rimasenja, masuk ke sekolah elite di pusat kota.Ia berasal dari kota Daerus, kota yang terkenal kental dengan syari'at Islam. Sedangkan di sekolah barunya, hanya ada hitungan jari yang beragama Islam atau bahkan mungkin tidak ada sama sekali...