Bagian 3

59 8 1
                                    

"Fara! Cepat turun sarapan! Nanti kamu telat." Umi memanggilku dari luar kamar.

"Iya Mi, sudah selesai," jawabku. Lalu menyambar tas di atas meja belajar, segera berlari menuruni anak tangga menuju ruang makan.

"Hay Far! Sepertinya kamu bangun agak kesiangan," Abi menyerahkan piring kepada Umi untuk di isikan nasi goreng di atas meja makan. Bibi Sun yang memasaknya. Umi tidak bisa memasak, bahkan setelah mengikuti les memasak Umi tetap tidak bisa. Abi tidak sanggup lagi menjadi kelinci percobaan Umi, itulah penyebabnya Abi memperkerjakan bibi Sun.

"Iya Bi," jawabku segera duduk memulai sarapan.

"Pasti kamu menghabiskan malam dengan membaca novel Tere Liye itu kan? Lihat saja Mama akan memarahimu Far," Abi tertawa. Ia mulai menikmati sarapan paginya.

"Fara! Umi sudah pernah bilang kan, kamu hanya boleh membaca satu novel dalam seminggu. Tidak boleh lebih dan boleh kurang.

"Iya Mi, Jatah membaca novel minggu ini sudah Fara tuntaskan semalam. Tunggu sampai minggu depan baru Fara baca lagi novelnya," ungkapku tersenyum. Selain membayangkan novel yang ku baca semalam. Aku juga membayangkan kelanjutannya yang akan ku baca minggu depan.

Kami sudah mulai sibuk dengan piring masing-masing. Tak ada yang bicara di saat sarapan dimulai. Karna itu adalah pelanggaran tata tertib makan. 'Tidak sopan bicara saat sedangmakan. Itu sama saja kamu sedang menikmati makanannya bersama setan' begitu kata Umi. Kalau dibayangkan memang seram.

Aku segera masuk ke dalam mobil. Disana sudah adaAbi yang menungguku memakai sepatu. Aku memang memakai sepatu lebih lama dari pada Abi. Namanya juga sepatuku ada talinya, sedangkan sepatu Abi tidak.

"Bagaimana sekolah barumu Far?" Abi bertanya sambil mengendarai mobilnya menyusuri jalan kota menuju sekolahku. Lalu kantor Abi. Kebetulan jalannya searah.

"Baik Bi," jawabku sambil tersenyum.

"Tidak ada yang mempermasalahkan pakaianmu bukan?"

Aku mengerucutkan bibirku, mengingat perkataan dan tawaan anak-anak kemarin. "Mereka bilang baju sekolahku adalah pakaian musim dingin. Padahal disana kita terbiasa dengan pakaian seperti ini."

Abi tertawa kecil. "Tidak apa-apa Far. Nanti mereka akan terbiasa melihatmu seperti itu. Bisa saja pakaian sepertimu nantinya akan menjadi trend fasion di sekolah barumu itu. Bayangkan saja kamu akan terkenal hanya karna itu," Abi kembali tertawa. Aku memayunkan bibirku sebal, bisa-bisanya Abi berfikir seperti itu.

"Tapi Bi, aku punya teman yang mau berteman baik dengannku."

"Siapa namanya?" Tanya Abi sambil melakukan manuver di jalan raya.

"Shabahan Nur Bi,dia yang mengantarku pulang naik angkot kemarin," jawabku tersenyum mengingat wajah Shaba.

Abi mengerutkan kening. "Selamat pagi?"

"Iya,Bi. Kata Shaba dia suka berteman denganku, karna namaku senja dan namanya pagi. Kalau aku adalah laki-laki mungkin Shaba bisa naksir berat padaku." Aku tertawa kecil membayangkan Shaba teman baruku itu.

"Kapan-kapan minta temanmu itu untuk bermain ke rumah."

Aku mengangguk, lalu menatap ke arah jalan. Tidak terbayangkan jika hari pertama aku sekolah tak ada yang mau berteman denganku. Ternyata Shaba mau berteman denganku tanpa peduli banyak orang yang merasa aneh padaku. Aku senang bisa berteman baik dengan Shaba.

"Selamat pagi Far," suara Shaba langsung menyapaku di mejanya.

"Selamat pagi juga," aku meletakkan tas ke sandaran kursi mulai mengeluarkan buku bacaan. Tapi bukan buku novel. Jatahku membaca novel minggu ini sudah selesai. Atau Nyonya besar akan mengomeliku sepanjang waktu.

Kupu-kupu dan Senja ~TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang