Bagian 7

54 4 1
                                    

Aku senang sekali, hari ini Shaba berada di rumahku. Sepulang sekolah hari Selasa, dia tidak langsung pulang ke rumahnya. Begitu juga tidak menjemput adiknya ke sekolah. Kata Shaba Zay dan mamanya sedang keluar kota. Jadinya, dia tidak punya jadwal menjaga Zay dirumah.

"Kenapa Zay harus di jaga?" Tanyaku bingung dengan sikap Shaba yang terlalu khawatir pada Zay.

"Zay itu adalah anak emas, makanya dia selalu di khawatirkan," jawab Shaba sambil menikmati keripik singkong. Entah kenapa camilan di rumahku tak pernah melupakan agenda keripik singkong.

"Anak emas?"

"Anak kesayangan maksudnya Far."

Aku mengangguk paham.

"Mama kandungku meninggal ketika aku berusia empat tahun. Hubungan mama dan papa adalah perjodohan dari kedua orang tua mereka. Setelah setahun mama meninggal papa menikahi mama tiriku cinta pertamanya. Aku sangat bahagia karna aku kembali memiliki mama. Apalagi mama tiriku sangat baik. Dia selalu memerhatikanku dan menyayangiku sama seperti anak kandungnya sendiri. Hingga lahirlah Zay.Namun, nasib malangnya sebulan setelah kelahiran Zay papa meninggal dunia. Papa menitipkan Zay padaku, dan menitipkan aku dan Zay pada mama. Zay adalah anak kandung Mama sekaligus adik satu-satunya yang sangat aku sayangi. Itulah kenapa Zay di juluki sebagai anak emas."

Aku mendengar cerita Shaba, membayangkan dia yang yatim piatu saat ini sangat menyedihkan. "Apa mama tirimu tidak jahat Shaba?"

Shaba tertawa mendengar pertanyaanku. Wajahku memang terlihat khawatir saat mendengar ceritanya.

"Jangan anggap mama tiriku seperti ibunya Cinderella yang jahat Far. Dia sangat menyayangiku. Buktinya aku bisa bersekolah di sekolah menengah atas terbaik di negri ini," jelas Fara sambil tersenyum.

"Aku hanya khawatir Far. Tapi syukurlah jika mamamu baik."

Shaba tersenyum padaku. Lalu kembali menyantap keripik singkongnya yang sempat tertunda. Kini aku dan Shaba sudah banyak saling tau antara satu sama lain. Aku banyak bercerita pada Shaba, begitu juga dengan Shaba. Dia suka sekali bagian ceritaku ketika Morgan datang ke rumah, sesekali dia menjodoh-jodohkan aku dengan Morgan. Tapi, wajah Shaba terlihat khawatir ketika mendengar nama Dinka kusebut.

"Apa Dinka menyakitimu Far?"

Aku menggeleng. "Dia hanya mengatakan kalau dia tidak suka pada orang yang merusak, merebut, dan mendekati apa yang dia inginkan."

"Bukan hanya itu Far, dia menabrak meja di kantin hari itu adalah sengaja. Karna dia tidak menyukaimu."

Aku hanya menatap Shaba tak paham.

"Aku takut dia melakukan sesuatu padamu. Dinka adalah mantan pacar Morgan selama dua tahun di SMP. Mereka putus setelah dua tahun itu. Aku tidak paham hubungan mereka berdua bagaimana. Tapi yang aku tau, Morgan menganggap Dinka sebagai saudaranya. Tapi Dinka keras kepala tetap ingin bersama Morgan, dia mencintai Morgan," jelas Shaba padaku. "Sebaiknya kamu jangan dekati Morgan lagi," lanjut Shaba.

"Aku tidak dekat dengannya," jawabku tidak suka dengan perintah Shaba. Aku memasang muka cemberut karna sebal. Shaba selalu saja mengatakan aku dekat dengan Morgan. Padahal aku tidak pernah dekat dengan Morgan, aku sering mengabaikannya.

"Iya, kamu memang tidak dekat dengan Morgan. Tapi Morgan yang mendekatimu. Itu sudah cukup membuat si nenek sihir marah besar."

Aku menunduk, perkataan Shaba ada benarnya. Mungkin kalau hanya menghindari Morgan di sekolah itu mudah baginya. Tapi untuk melarang Morgan datang ke rumahnya tidak mungkin. Morgan berniat untuk belajar, bukan untuk menemuinya. Berbeda ketika Morgan mendatangi kantin yang sengaja duduk di hadapan kami.

Kupu-kupu dan Senja ~TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang