Nafasku terengah-engah, sambil menopang tubuhku di lutut. Sejak tadi aku mencari Fara. Aku sempat melihat Fara di keramaian acara perpisahan sekolah beberapa waktu lalu. Namun, wanita itu kembali menghilang di tengah keramaian pula.
"Dari tadi pagi aku mencarimu Far," ujarku mengusap rambutku yang menutupi kening ke belakang. "Kamu kemana saja sih?"
Wajah Fara tampak menegang. Entah kenapa beberapa hari ini dia selalu saja kabur ketika melihatku. Tapi... bukan Morgan jika mudah menyerah begitu saja untuk mendapatkan hati Neng Fara. "Baiklah, tidak masalah. Aku memaafkanmu. Tapi kita harus merayakan perpisahan ini bersama. Ya kan Shaba?" Aku melirik Shaba sambil tersenyum lebar memperlihatkan deretan gigiku.
Shaba membalas senyumku ringan. Ada apa dengan mereka berdua sehingga begitu kompak untuk menjauhiku. Seingatku aku sedang tidak ulang tahun hari ini. atau mungkin aku sudah melewatkan ulang tahun mereka sehingga mereka malah marah padaku.
"Ada banyak hal yang harus ku lakukan Morgan. Kapan-kapan kita bisa merayakannya," jawab Fara masih dengan senyum yang sama lalu berbalik untuk keluar gerbang sekolah.
"Kamu tidak seru Far! Bukankah lebih cepat lebih baik?"
Fara tidak menjawab, ia terus melanjutkan langkahnya.
Aku sudah mendahului lagkahnya yang kecil. Aku menghalanginya dengan berdiri di hadapan Fara dan Shaba. "Ayolah! Ini tidak akan lama."
Fara hanya menggeleng mengambil langkah lain. Namun, dengan sigap aku menghadangnya lagi. "Tiga puluh menit."
"Fara kan sudah bilang dia tidak mau ikut, kamu bagaimana sih?" Shaba dengan sigap membentakku. Hey! Apa salahku? Aku hanya ingin mengajak sekaligus mentraktir mereka nantinya untuk acara perpisahan kami.
"Hanya sebentar Shaba. Kalian kenapa sih?"
"Fara sudah tiga kali menolak ajakanmu, itu artinya tidak tetap tidak."
Aku menatap Fara kosong, kecewa. Aku tak paham apa-apa dengan kesalahanku. Sehingga menyebabkan Fara seperti membenci diriku.
Fara memegang dadanya. Air matanya tumpah seakan menahan rasa sakit. Dengan cepat Shaba memegang bahu Fara, membantu Fara untuk duduk sebentar.
"Far! Kamu kenapa?" tanyaku khawatir sekaligus panik.
"Pergi dari sini Morgan!"
"Bagaimana aku bisa pergi. Fara sedang sakit," elakku.
"Fara tidak bisa bertemu denganmu, bahkan Fara tidak boleh bertemu denganmu. Dia tidak akan bisa bertahan hidup kalau kau ada disini."
"Apa maksudmu?" Aku mengerutkan kening bingung dengan tuturan Shaba.
"Cepat pergi!!!" Shaba membentakku hingga aku mundur beberapa langkah ke belakang. Ia membantu Fara melangkah keluar gerbang menuju mobilnya yang sejak tadi tidak pindah terparkir di dekat gerbang sekolah.
Aku hanya bingung. Pak Isma'il berlari kearah mereka panik membantu Fara berdiri. Lalu membawanya ke dalam mobil. Sungguh, kakiku rasanya gatal ingin mengejar memastikan keadaan Fara. 'Ada apa denganya, apa yang terjadi padanya?.'
Tapi... aku tidak boleh melakukannya. Mengingat perkataan Shaba tadi yang jelas saja membuatku bingung. 'Fara tidak bisa bertemu denganmu, bahkan Fara tidak boleh bertemu denganmu. Dia tidak akan bisa bertahan hidup kalau kau ada disini.'
Aku menarik nafas dalam. Membalikkan badan ketika mobil Fara sudah benar-benar menghilang dari mataku. Padahal bukan hanya merayakan perpisahan, banyak hal yang ingin aku ceritakan padanya. Mulai dari mama yang terus menanyakannya, papa yang penasaran dengan Fara, juga kabar Dinka yang sudah mulai membaik. Tapi... aku tidak bisa mengatakan itu. Mungkin lain waktu aku bisa bertemu dengan Fara.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kupu-kupu dan Senja ~TAMAT
Fiksi RemajaFarasya Rimasenja, masuk ke sekolah elite di pusat kota.Ia berasal dari kota Daerus, kota yang terkenal kental dengan syari'at Islam. Sedangkan di sekolah barunya, hanya ada hitungan jari yang beragama Islam atau bahkan mungkin tidak ada sama sekali...