Aku sedang menyantap semangkuk bakso tanpa menikmatinya sedikitpun. Bagaimana caranya aku bisa menikmati semangkuk bakso ini dengan bersahaja jika Morgan sejak tadi berada di hadapanku. Dia sedang memerhatikanku dan Shaba menikmati bakso bersama dengan dua sahabat sejati sejiwanya. Lebih tepatnya para bodyguard yang tidak bosan-bosanya mengikuti kemanapun Morgan pergi.
"Makhluk gila! Sebaiknya kamu pergi dari sini. Gara-gara kamu Fara tidak bisa makan dari tadi. Dia kan jadi tidak nyaman kalau kamu memerhatikannya terus," Shaba memarahi Morgan dengan suara toanya.
Aku menepuk jidatku. Anak-anak malah mengalihkan perhatian kearah meja kami menyaksikan siapa yang ribut. "Suaramu terlalu keras Shaba!" Aku menutup wajahku malu. Lihatlah mereka pasti menduga aku adalah sosok yang bernama Fara dalam kalimat Shaba. Seorang gadis yang tidak bisa menghabiskan baksonya karna diperhatikan Morgan.
"Kan memang benar Far," Shaba nyengir ke arahku sedikit bersalah. Karna sudah membuat perhatian semua murid di kantin tertuju padaku.
"Pergi sana!" perintahku dengan nada berbisik. Aku melotot sebal kearah Morgan meniru gaya Shaba.
"Kamu harus memberi kejelasan soal kemarin."
Aku tidak ingin melayaninya saat ini. Yang aku inginkan adalah makan dengan tenang.
"Kejelasan? Kejelasan apa Far?"
Morgan tersenyum nyengir. "Kejelasan hubungan antara aku dan Fara."
Ingin sekali ku timpuk kepalanya dengan mangkuk bakso, kalau saja aku tidak berfikir takut apabila ada salah satu kutunya meloncat ke dalam mangkukku. Tidak ada yang bisa menjamin kepala Morgan tidak ada kutunya bukan?
"Kalian punya hubungan apa?" Shaba bertanya polos.
"Ini aku sedang minta penjelasan darinya Shaba."
Kedua teman Morgan tertawa mendengar kepolosan Shaba. "Sebaiknya kamu jangan mengganggu mereka," Keran menimpali mendukung pergerakan Morgan. Dia memanglah bodyguard terbaik Morgan.
"Atau perlu aku temani bercakap-cakap." Seorang teman Morgan duduk berhadapan dengan Shaba seakan menunggu Shaba memulai pembicaraan.
"Kamu salah paham Shaba. Morgan meminta kejelasan kapan aku bisa mengajarinya," jelasku tidak mau melihat Shaba di bodohi oleh tiga sahabat sejati, sehati dan sejiwa ini.
"Nah, baiklah. Kapan kamu bisa mengajariku?"
Aku mengingat pendapat abi semalam. "Itu memang tidak masalah Far. Tapi sebaiknya tidak di lakukan agar tidak menimbulkan fitnah. Masih banyak lelaki disini yang pintar ilmu agamanya. Tapi, selama bukan hanya kalian berdua mungkin itu tidak jadi masalah. Abi akan membantu mengajarinya," jelas Abi di ruang keluarga. Abi sedang membaca Koran sambil menikmati secangkir teh buatan umi. Kalau masalah teh dan kopi, buatan umi memanglah yang ternikmat. Tidak ada tandingannya.
Aku memasang muka cemberut. Aku tidak senang dengan keputusan Abi. Aku tidak suka melihat wajah Morgan. Dengan keputusan Abi mengiyakan permintaan Morgan berarti waktuku melihat wajah itu semakin bertambah.
"Loh, kamu kenapa?"
"Memang tidak ada cara lain Bi? Morgan itu menyebalkan sekali."
Abi tertawa renyah. "Jangan menyimpan rasa tidak suka padanya! Nanti kamu malah suka lagi." Abi melanjutkan tawanya.
"Bukan begitu Abi," bantahku tidak terima.
"Bagaimana bukan? Kamu bilang dia menyebalkan."
"Tapi kan memang benar dia menyebalkan," aku kembali menyela.
![](https://img.wattpad.com/cover/253997336-288-k571450.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kupu-kupu dan Senja ~TAMAT
Teen FictionFarasya Rimasenja, masuk ke sekolah elite di pusat kota.Ia berasal dari kota Daerus, kota yang terkenal kental dengan syari'at Islam. Sedangkan di sekolah barunya, hanya ada hitungan jari yang beragama Islam atau bahkan mungkin tidak ada sama sekali...