Chapter 30

482 39 2
                                    

Tringgg...Tringgg...

Alarm ku berbunyi, menunjukan pukul 02:30. Ku sibak selimut ku dan beranjak dari tempat tidur untuk mengambil wudhu.
Setelah selesai mengambil wudhu, aku mulai menggelar sajadah ku. Di sujud terakhir aku berdoa karna setahu ku dari Kak Syakira, Doa di sujud terakhir itu akan lebih mustajab.

Ya Allah,
Bukankah rasa ini datangnya dari Mu ?
Mengapa engkau biarkan hamba jatuh pada waktu yang tidak tepat.
Apa engkau murka ?, hingga engkau membuat hamba harus patah sedalam ini.
Allah, tunjukan dimana keberadaannya.
Allah, tunjukan pada ku. Aku harus menunggunya atau tidak.

Ya Allah,
jika dia yang terbaik untuk ku juga untuk agama ku dekatkan hatinya pada hamba. Jika dia bukan yang terbaik bagi ku juga agama ku jauhkan ia dari hamba.
Karena boleh jadi yang baik menurut hamba belum tentu baik menurut mu.
Begitu sebaliknya ya Allah, yang hamba anggap tidak baik ternyata baik untuk hamba.
Ya Allah , Engkau lah yang Maha Mengetahui mana yang baik bagi hamba.
Ya Allah, Jangan biarkan hamba tenggelam dalam cinta ini dan membuat Mu cemburu. Hingga engkau murka dan tak membiarkan kami bersatu.
Allah, izinkan hamba memperbaiki diri dan memantaskan diri. Bantu hamba ya Allah, mudahkanlah jalan hamba.

Selepas berdoa Aku mengusap pipi ku yang basah. Pada malam ini langit dan bumi menjadi saksi awal di mulainya kehidupan baru ku. Ya, kehidupan baru ku. Kehidupan yang lebih baik, juga kehidupan di jalannya. Dan pada hari ini juga Allah berbaik hati memberikannya hidayah lewat kakak ku. Sungguh tidak di sangka-sangka cara Allah mengetuk hati hamba-hambanya. Aku sangat bersyukur karna aku telah menjadi salah satu hambanya yang paling beruntung karena telah diberikan hidayahnya.

Aku tau aku bukanlah hamba yang baik. Bahkan jauh dari kata taat, kerap kali aku tergelincir dalam maksiat. Berjalan pada dosa yang selalu ku anggap nikmat. Seringkali aku salah jalan. Jalan yang ku pikir benar ternyata menjauhkan ku dari cahaya. Aku telah berjalan menjauh darinya. Namun, ia dengan segala kemurahannya menerima ku untuk kembali berjalan ke arahnya. Terima kasih Allah, telah berbaik hati menurukan malaikat berwujud manusia untuk membawa ku kembali pulang di jalan mu.
Terima kasih Allah, telah memberi ku setitik hidayah.

Kini aku kembali sadar di setiap kejadian pasti ada hikmahnya. Ya, kehilangan Ardan membuat ku kehilangan akal ku.
Namun di balik semua ini, Allah berbaik hati mengembalikan cahaya hati ku.
Aku tau Ardan bukan milik ku, ia sepenuhnya milikNya. Mulai hari ini aku tidak akan lagi berharap pada ciptaannya, aku akan mengharapkan dia lewat penciptanya. Terima kasih Allah.

Mulai detik ini aku memutuskan untuk berhijrah. Mulai ku kenakan gamis dan khimar pemberian Bunda yang sudah lama di berikan. Namun tak pernah ku kenakan. Ku tatap diriku lewat pantulan cermin. Ternyata mengenakan gamis tak seburuk yang ada dalam fikiran ku dulu.
Pakaian ini lebih nyaman digunakan, lebih lebar dan sama sekali tidak ribet seperti yang ada dalam fikiran ku sebelumnya.

***

Aku turun menuju meja makan. Di sana sudah ada Ayah, Bunda, Bang Iyan dan Kak syakira. Suara ketukan flatshoes ku membuat mereka menoleh ke arah ku.
Sepertinya mereka kaget dengan penampilan baru ku. " Ehhemm, nggak usah tersepona gitu dong lihatnya ". Ucap ku.
" Masyaa Allah anak Bunda cantik sekali ". Ucap Bunda memuji ku.
" Ayah sampai pangkling loh Syha liat kamu, makasih ya nak ". Ucap Ayah, aku bingung kenapa ayah mengatakan terima kasih kepada ku ?

Ayah tersenyum, saat aku telah sampai berada di samping kursi tempat duduknya, ia berdiri dan mengelus puncak kepala ku penuh sayang. " Makasih sayang, udah mau ringanin hisab ayah di akhirat ". Ucap Ayah sembari mengecup kening ku. Hati ku seperti tertohok mendengar ucapan ayah barusan. Benarkah selama ini aku telah jahat ke padanya ?. Hingga membiarkan ia menanggung dosa-dosa ku. Ya Allah, ampuni aku. Jangan biarkan ayah ku menanggung dosa ku.

" Sarapan-sarapan adegan mellownya nanti lagi ya, Abang yang paling ganteng di sini udah kelaperan. Nanti kalo tekat di marahin pasien ". Ucap Bang Iyan menyudahi acara mellow ini.

" Bang, nggak boleh gitu dong ". Ucap Kak Syakira mengintrupsi.

" Iya dek, kalo nggak gitu bisa sampai nanti sore itu adegan mellownya anak dan ayah ". Ucap Bang Iyan sembari nyengir kuda, berasa tanpa berdosa.

" Isshhh ,, Abang gangguin deh. Sok ganteng bgt sih. Gantengan juga Ayah ". ucap ku kesal.

" Abang gantengkan dek ? ". Tanya Bang Iyan pada Kak Syakira yang tengah mengambilkan nasi untuknya sembari mengedipkan sebelah matanya. Kak Syakira hanya mengangguk sembari tersipu malu, membuat Bang Iyan menang dari ku.

" Kan ? Abang bilang juga apa ! ".

" Paling Kak Syakira mau sama Abang juga karna di pelet ". Ucap ku asal.

" Husst, Nggak boleh bilang gitu Syha nggak baik ". Ucap Bunda menasihati, aku hanya menunjukan dua jari ku tanda peach.

" Selain cara berpakaiannya yang di perbaiki, akhlak sama peranginya juga harus sambil di perbaiki sayang ". Pesan Ayah.

" Insyaa Allah Yah, Alisyha akan belajar lagi. Bimbing Alisyha ya kak ". Pinta ku pada Kak Syakira, ia mengangguk.

" Kak Syakira cuma bantu Syha. Biar nanti abang carikan suami untuk membimbing mu ". Ucap Bang Iyan. Hah, apa tadi ?. Aku tidak salah dengarkan ?.

" Apaan sih Bang ". Kesal ku, setelahnya kami sarapan bersama dan berangkat ke tempat kerja masing-masing. Maksudnya Ayah dan Bang Iyan kerja, aku kuliah. Sedangkan Bunda dan Kak Syakira di rumah.

Seperti biasa aku berangkat ke kampus. Tapi hari ini lain dengan hari biasanya, penampilan baru ku menjadi sorotan orang-orang. Entah karna apa. Apa ada yang salah ?. Hati ku bertanya-tanya , padahal biasanya aku juga mengenakan hijab. Hanya saja hijab yang di lilit-lilit dengan stelan atasan dan bawahan yang fashioneble. Aku terus berjalan sampai ke kelas Karin. Seisi kelasnya tak jauh berbeda memandang ku dari orang-orang di luar.
Aku duduk di sebelah Karin yang tengah sibuk membaca bukunya sampai ia tak menyadari kedatangan ku.

Ke tepuk pundaknya. Karin menoleh ke arah ku, dengan tatapan seperti orang linglung. " Sumpah demi apa lo Alisyha ? ". Pertanyaan bodoh yang Karin lontarkan membuat ku memutar bola mata ku.
" Lo dapet ilham apa Syha, Sumpah lo makin cantik kalo pake gamis gini. Gue jadi keinget sama Elma. Duh, lo makin cantik gue makin kalah saing ". Ucap Karin dengan cengiran.

Aku mengabaikan semua ucapan Karin barusan. " Tumben lo belajar ? ". Tanya ku.
" Hari ini kan gue ada kuis, gue lupa belajar semalem. Hehe ".
" Dsr ! ".

####

TBC

Hijrah Cinta Di Sepertiga Malam [END] -> TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang