Chapter 23

620 42 2
                                    

" Wanita itu lembut hatinya, maka tidak ada cara lain mendidiknya selain dengan kelembutan.
Didik ia dengan penuh kelembutan karena itu akan lebih mudah dimengerti olehnya"

***

Setelah berjam-jam berada dalam mobil dengan suasana yang mencekam, ahh bahkan ini jauh lebih menakutkan dari pada berada di tempat horor. Mobil Kak Raga berhenti tepat di Garasi rumah, aku segera turun dari mobil dengan kondisi yang masih sesegukan bercampur takut.

Aku berjalan sembari sedikit berlari menuju pintu, tepat saat aku berada di depan pintu Bunda membuka pintu. Bunda sedikit heran menatap ku, kondisi ku yang tak bisa ku ungkapkan lagi rambut ku acak-acakan,mata sembab, ditambah lagi hidung ku yang memerah akibat menangis. Bunda memeluk ku sembari mengusap lembut rambut ku. Bang Iyan dan Kak Raga mendekat.

Bunda yang bingung dengan keadaan ku bertanya pada Bang Iyan " Loh Adik kamu kenapa Yan ?. Terus kok udah pulang bukannya pulangnya masih besok ya ?.
Ini kenapa kok pulang-pulang malah nangis, ini baru subuh kok udah pulang. Pasti dari sana malam ya ?
Yang lainnya kemana kok cuma bertiga ? " Tanya Bunda memborbardir.

Bang Iyan sempat menarik nafasnya dengan kasar masih ku lihat raut Marah di wajahnya yang membuat ku semakin takut, apalagi jika Bunda tau. " Masuk dulu Bun kasihan Raga kecapean habis nyetir masa nggak di suruh masuk dulu " Ucap Bang Iyan berusaha menetralkan raut wajahnya, aku tahu ia melakukan ini agar Bunda tidak khawatir.

Bunda menuntun ku masuk, aku semakin takut. Jantung ku sudah berdetak tak karuan. Bunda mempersilahkan Kak Raga duduk.
Aku duduk di samping bunda.
" Jelasin sama Bunda Yan " ucap Bunda meminta penjelasan. Bunda memang yang paling tahu kalo sudah begini pasti ada masalah yang besar, karna Bunda tahu kalo Bang Iyan bukan tipe orang yang mudah marah apalagi sampai membuat ku menangis.

Bang Iyan menarik nafas terlebih dahulu sebelum memulai pembicaraan. Aku hanya dapat menunduk karna ya aku salah. Aku sangat takut jika Bunda marah.
Ahh bodoh sekali Alisyha sudah pasti Bunda marah. Apalagi jika Ayah juga tahu bisa selesai kamu Syha.

Bang Iyan menjelaskan semuanya pada Bunda, tampak raut kekecewaan di wajah cantiknya yang membuat ku semakin merutuki kebodohan ku. Ahh cinta memang dapat membuat orang kehilangan akal sehat. Aku mulai meneteskan air mata lagi , aku tak berani menatap Bunda. Apalagi Bang Iyan.
Masih dengan posisi ku yang menunduk. Bunda mengusap pelan rambut ku. " Benar yang dikatakan Abang mu Syha ? " Tanya Bunda pelan kepada ku, meski aku tahu Bunda sangat kecewa terhadap ku namun Bunda masih memperlakukan ku dengan lembut. Itu yang aku sukai dari Bunda hatinya baik sekali meski sejarah apapun, Bunda tetap lemah lembut.

Aku tak berani menjawab pertanyaan Bunda, aku hanya menganggu kan kepala ku dengan posisi yang masih sama seperti tadi.
Bunda paham sekali jika aku tengah ketakutan. Dengan senyum lembut Bunda berkata kepada ku " Kamu masuk kekamar bersihin wajah kamu yang berantakan itu setelah itu Bunda susul kamu kekamar." ucap Bunda sembari menepuk pundak ku pelan, aku hanya mengangguk dan berjalan menuju kamar tanpa menatap orang-orang di ruangan ini.

Saat aku berjalan aku mendengar Bang Iyan protes " Bun , Bunda nggak bisa dong kayak gini. Bunda harus tegas sama Alisyha , kalo Bunda kayak gini Alisyha bakalan ngulangin kesalahannya lagi. Bunda tau kan ? " ucapan Bang Iyan membuat ku berhenti berjalan. Aku menghentikan langkah ku dan memilih berdiri di balik Guci untuk mendengar ucapan mereka.

Ku lihat Bunda tersenyum " Yan nggak ada cara lain untuk mendidik prempuan selain dengan kelembutan " Ucap Bunda

" Iya Bun, Iyan paham tapi kalo Bunda kayak gini terus mau jadi apa Alisyha Bun ? "

" Yan, dengerin Bunda. Wanita itu diciptakan dari tulang rusuk yang paling bengkok. Jadi kalo kita mangsain tulang rusuk itu untuk lurus maka ia akan patah -- "

Belum selesai Bunda berucap Bang Iyan memotong ucapannya " Dan jka kita biarin Bun, maka selamanya akan bengkok "

Bunda tersenyum lagi " Benar apa yang kamu ucapkan, tapi Yan nggak ada cara lain untuk mendidik seorang wanita selain dengan kelembutan. Kita nggak bisa langsung bilang ke Alisyha ini nggak boleh ! Itu di larang ! Kita harus pelan-pelan ngejelasinnya Yan.
Dan jangan nasihati dia saat dia sedang dalam keadaan marah, karena apa percuma dia nggak akan mendengarkan nasihat kamu.
Malah dia akan mikir kalo kamu marah, kamu nggak sayang sama dia. Bunda kasih tahu, caranya menasihati wanita itu harus dengan lemah lembut, kenapa ?
Karena yang wanita tangkap itu bukan apa yang kamu ucapkan tapi cara mu menyampaikan."

" Maksud Bunda ? "

" Jadi gini yang kamu ucapkan sama. Sama-sama demi kebaikan, tapi kalo cara kamu menyampaikan dengan bentakan dia bukanya ngerti malah dia bakalan benci sama kamu. Tapi kalo kamu menyampaikannya dengan kelembutan insyaa Allah dia malah bakalan sadar, dan satu lagi jangan menasihati seorang wanita saat keadaan dia sedang marah. Nasihati aja saat dia sedang dalam keadaan bahagia itu malah lebih mudah dan nggak menyinggung perasaannya. Adik kamu prempuan Yan beda sama kamu, makin kamu kasar sama dia.
Maka dia bakalan makin susah di atur. Tapi, kalo kamu bisa lembut sama dia. Dia bakalan sayang banget sama kamu. " ucap Bunda panjang lebar membuat ku semakin menangis sesegukan. Masyaa Allah aku bersyukur banget di karunia ibu Sebaik Bunda.

Bang Iyan menunduk setelah mendengar perkataan Bunda, Sedangkan Kak Raga menyimak dengan penuh kekaguman.
" Bun saya selaku kakaknya Ardan saya minta maaf sebesar-besarnya Bun. Saya nggak bisa menasihati adik saya. Sampai-sampai adik saya -- "

Ucapan Kak Raga terpotong " Sudah nak Raga, ini semua bukan salah kamu. Wajar saja mereka masih remaja tugas kita membimbing mereka dan menasihati mereka. Sekarang kamu bersihin diri kamu ke kamarnya Iyan, setelah itu kita sarapan bersama." ucap Bunda dengan senyum hangat.

" Terima kasih Bun "

" Sama-Sama Ga, dan kamu Yan bersihin juga tu, ajak Raga sekalian ke kamar kamu " Saat Bang Iyan dan Kak Raga berdiri dari duduknya aku segera masuk ke kamar.

Aku menatap bayangan ku di cermin, benar saja kata Bunda berantakan sekali. Aku terduduk sembari mengamati diri ku di pantulan cermin tiba-tiba ingatan ku teringat kejadian semalam .
Bagaimana keadaan Ardan saat ini ?
Tanya ku dalam hati.

Apa yang akan terjadi setelah ini, tak bisa ku bayangkan jika keluarganya Ardan sampai tau apa lagi papanya. Yang ku tau papanya Ardan sangat tegas sekali.

Kenapa saat aku mulai mencintai Ardan keadaan jadi serumit ini.
Apa aku salah ?
Ahh bodoh kamu Alisyha , sudah tahu salah malah masih mempertanyakan nya. Fikiran ku benar-benar berkecamuk tak karuan lebih baik aku mandi saja. Putus ku kemudian.

Setelah selesai membersihkan diri aku kembali duduk di kursi rias sembari mantap diri ku sendiri di cermin. Tak lama kemudian terdengar suara ketukan pintu.
" Syha kamu sudah selesai ? Kalo sudah Bunda masuk ya ." ucap Bunda dari luar kamar. Aku tak berani menjawab. Setelah itu Bunda masuk dan berdiri di belakang ku.
Aku hanya mampu menatap bayangan dari cermin , tak berani melihat wajah bidadari nya. Bahkan Bunda sudah seperti malaikat.

Bunda menepuk pelan pundak ku sembari membelai penuh sayang rambut ku. " Syha lihat Bunda " pinta Bunda kepada ku, aku hanya membalasnya dengan gelengan kepala.

" Syha , lihat Bunda atau Bunda bakalan marah sama kamu ! " ucap Bunda membuat ku buru-buru memutar tubuh ku mengarah kepadanya.

####
TBC
Jangan lupa Vote And Coment.
Makasih ya buat readers HCDSM.
Vote and coment mu semangat ku😍

dhuwi_yhuan

Hijrah Cinta Di Sepertiga Malam [END] -> TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang