19. Tingkah Mu

552 61 4
                                    

Hari itu Event dimulai Pukul 11.00. Gue mempersiapkan semuanya dengan sebaik baiknya. Gue dan Sandy berada di Belakang Panggung. Gue sedikit gugup. Gue mulai menggenggam tangan Sandy erat.

"kenapa?"

"gugup San."

"wkwkwk, lucu juga Ekspresi kamu waktu deg degan."

Ia membalas gengaman ku. Tampak, Sandy tak ada sedikit pun kata gugup. Mungkin ia sudah terbiasa.

Saat perwakilan kelas gue disebut, kegugupan ku sedikit demi sedikit hilang karena adanya Sandy. Gue merasa lebih tenang dan mulai melantunkan nada piano dengan indah.

Gue ngga bakal menyangka, jika banyak orang yang memeberikan apresiasinya dengan tepuk tangan. Disitulah, semangat gue tumbuh.

Pengumuman kemenangan akan di serahkan nanti disekolah. Gue dan Sandy menaiki motor dengan sejuta kenangan diatasnya.

"san, alhamdullilah yah acaranya lancar!"

"iya! Emm, Btw mendadak kamu bisa se PD itu waktu nama kita dipanggil?"

Ia menaruh dagunya di bahu gue dengan wajah kebingungan. Ia tampak lucu dengan mengenakan helm.

"iyaa... Karena ada sesosok perempuan yang bisa buat gue tenang ."

"siapa? Gue?"

"bukan"

"terus?"

"coba deh tebak, ada huruf N nya"

"oh"

Ia langsung melepaskan pelukannya yang semula ada, menjadi hilang. Entah mengapa ia langsung berubah mimik wajahnya.

Ia berprasangka yang membuat gue semangat Adalah Najla. Sedangakan, yang ada dipikiran gue yang Ada inisial N nya adalah namanya sendiri.

"loh. Kenapa?"

"gue tau! Najla kan?"

"kok sampe Najla? Orang yang ada inisial N kan banyak. Dan yang aku maksud, itu Sandrinna. Kamu kan ada 'N'nya"

"oh"

Ia menjawab dengan sangat singkat. Mungkin Ia masi teringat dengan kejadian kemarin.

"udah dong. Masa marah lagi si? Emm, yaudah kalo gitu maafin yah udah buat kamu keinget lagi"

"hm"

Lagi lagi jawaban singkat itu terlontar dari bungkamannya. Ia memasang ekspresi malas padaku. Gue berinisiatif untuk membelikannya es krim.

Srett...

"mau ngapain?"

"gue masuk dulu, kamu tunggu sini yah!"

Ia hanya mengangguk dan melihatku berlari kearah supermarket itu. Ia tak tau tujuan gue ke Supermarket untuk apa. Gue keluar dengan menenteng dua buah Es krim.

"nih"

"makasi"

Lagi dan lagi ia mengucapkan nya tanpa ekspresi. Gue harus gimana lagi buat dia ngga ngambek sama gue.

"San"

"hm?"

"emmm, mau ngomong apa ya gue tadi. Lupaa!"

"makin gajelas"

Huftt...

Nafas kasar yang lantang membuat Sandy sedikit melirik padaku.

Ia hanya tersenyum kecil. Itupun tak memandangku. Ia tampak sedang memikirkan sesuatu.

"san"

"apaan?"

Sendu untuk Sandy (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang