20. Hidup Ku

503 56 4
                                    

Botol teh pucuk itu mengarah Ke Arah gue. Gue memilih tantangan.

"coba lo ngomong dihadapan Sandy, terus harapan lo buat hubungan kalian. Udah buruan!!"

"harapan gue si, kita bisa selalu bersama, di langkah yang sama, dan ditujuan yang sama. Cuma Sandy, yang tepat buat gue. Gue ga akan bisa nemuin Perempuan yang menyamai apapun darimu."

"eh tulunk, yang naro bawang bombay sapo?"

"ash! Lebay lu Qeel! Oke, kita lanjot."

Sandy tersenyum lebar dihadapan gue. Sebenarnya, cuma Sandy yang gue punya. Gue ga tau kalo gue ga kenal Sandy gimana hidup gue.

Flashback yesterday•

"mah?"

"iya?"

"mama kok sesenggukan gitu? Kenapa ma? Papa yah?"

"ha? Enggak ko sayang. Mama baik baik aja"

"ma, Rey tau kalo mama lagi ada masalah sama papa. Ceritain ma.. Sebenernya ada apa?"

"yaudah, sebenernya.. Papa kamu mau ninggalin mama. Tapi, kamu jangan khawatirin mama ya!"

"hah?"

Gue terpaku dan membisu. Gue ga tau harus menjawab apa dengan keadaan gue sekarang. Gue seperti ngga pernah dapat secuil kasih sayang orang tua gue.

Plak...

Gue panik mendengar suara tamparan itu. Terdengar Mama sedang meringis kesakitan. Gue ga tega sama sekali mendengarnya. Apa lagi melihatnya.

"Ma! Mama kenapa?"

"shhh, i-ya? Ga papa kok."

"Ma..."

Gue meneteskan air mata kekecewaan gue pada Papa. Gue ga nyangka bakal kaya gini alur hidup gue. Tapi, buat apa menyesali? Hidup selalu berjalan. Dan jalan terbaik, adalah mensyukurinya.

"udah Rey, jangan Nangis ya! Besok sore mama pulang langsung ke Indonesia. Kamu tunggu ya! Mama udah ga tahan disini. Mama pingin cepet cepet ketemu kamu"

Mendengar itu, gue hanya terbungkam membisu, meneteskan air yang timbul karena kepedihan dan menatap diriku sendiri di cermin.

"Ma, cepet balik yah! Rey mau liat kondisi mama"

"iya Rey. Pasti! Bentar yah, mama mau lanjutin Packing - packing dulu. Biar cepet"

"iya ma. Bye"

"bye Rey"

-

Mama, bakal pulang nanti sore. Gue cepat bergegas untuk mengantar Sandy kerumahnya dan langsung bergegas pulang mengganti baju gue dan langsung ke bandara. Disepanjang perjalanan, kepedihan yang menemaniku. Tetesan Air yang deras tak sanggup untuk Ku bendung sendiri. Gue belum siap dengan keadaan ini. Dan gue belum siap untuk menceritakan ini semua ke Sandy.

Jam mengarah pada pukul 17.00
Langit yang Indah, awan berbalut dengan jingga nya langit. Tetapi sayang, itu tak mencerminkan alur kehidupanku. Mama tampak Berlari turun dari pesawatnya. Derai Air mata membasuhi pipi. Gue ga nyangka, luka lebam dimana mana. Keadaan Mama sangat buruk.

"maa... Maafin Rey ya, ga bisa jagain mama."

"ga Rey, mama yang salah. Mama yang udah buat Papa kamu ga betah sama Mama."

Sendu untuk Sandy (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang