50. Light

287 59 8
                                    

"tadi kamu lagi drama ya? Manggil 'baby' lagi. Hiiii.."

Pundak nya terangkat dan rautnya bergidik ngeri mengucap kata itu.

"hahaha, iya emang kenapa? Ngga papa kan?"

"yaa sebenernya ngga papa sih, tapi kan ngga usah alay bisa kan? Mana bilang kalo aku lagi hamil! Kalo nanti mereka minta box aqiqahan gimana? Anaknya ngga ada tapi box nasi nya ada."

"mau? biar ada anaknya?"

Ia tersedak boba yang sedang ia teguk saat itu. Aku sangat gemas sekali melihatnya seperti ini. Berada disampingnya membuatku ingin menggodanya terus menerus

Aku menepuk - nepuk punggung nya agar boba yang menyangkut di tenggorokannya itu tidak membuatnya tersedak lagi.

"kenapa? Kok langsung keselek boba si? Yang aku omongin benerkan?"

"kok jadi ngeri gitu ya tinggal berdua doang sama orang beginian.. Paspor ku kapan balik?"

Kali ini rautnya benar benar takut dan cemas. Gadis itu membuatku tambah ingin menggodanya terus menerus jika ia selalu menggemaskan seperti ini.

"kenapa? Kok udah tanya Paspor aja? Eum, antara besok kalo ngga lusa. Tunggu aja"

"yaaa pengen cepet cepet balik!"

"yaaa kalo kamu mau balik sendirian, kamu mau kemana? nanti kamu baliknya kan sama aku. Dirumahku."

Ia langsung termenung dengan tatapan kosong. Bodoh! Aku selalu saja menghancurkan segalanya disaat ia baik - baik saja. Kenapa aku harus berkata sebegitu menyakitkan ini padanya?

"s-san"

Tak ada sahutan ataupun interaksi dari nya. Apa yang harus aku lalukan? Secara tidak langsung Perkataan ku tadi menyakiti perasaan nya. Ia sudah tidak punya rumah, tidak punya orang tua, hanya dirinya yang mampu menopang segala masalah. Tanpa adanya peran sosok - sosok penting dalam hidupnya.

"m-naaf kalo kata - kata aku nyakitin kamu. Aku sama sekali ngga bermaksud buat kamu down dan terpuruk. Maafin aku ya, atas tadi.."

Ia mengusap air matanya dan menatap ku dengan mata yang sudah hampir bengkak karena air matanya yang terus menetes.

"ngga.. Kamu bener kok. Emang itu faktanya. Aku udah ngga ada Seorang Ayah. Dia ada, tapi dia ngga menganggapku ada. Dia yang selalu nyakitin hati Mama dengan segala ucapan dan perbuatan nya. Dan mama, aku selalu berbagi cerita tentang hidupku ke mama, dia selalu kasih support dan motivasi buat aku. Tapi kenapa dia pergi sejauh itu dari ku? Apa aku ini anak yang ngga baik? Anak yang brengsek? Atau apa? Kenapa Tuhan ambil orang yang paling berharga di hidupku? Kenapa harus mama yang ninggalin aku? Seandainya aku aja yang diambil sama Tuhan waktu itu, Mama pasti masih hidup sampai sekarang."

"ngga san.. Jangan ngomong git-"

"kenapa? Aku udah lelah sama alur cerita hidupku ini. Apa yang harus aku lakuin lagi di dunia yang fana ini?! Dengan orang - orang brandal di luar sana?! Kenapa aku ngga bisa hidup tenang walau cuma 1 menit aja. Kenapa?.. Perasaanku ini, mentalku ini, udah ngga sekuat dulu lagi, dimana aku masih bisa lihat sosok Mama setiap detik mataku terbuka. Aku manusia, wajar aku merasa kehilangan seseorang yang selalu nasihatin aku, selalu membuat dunia ku ter - arah, selalu hadir disetiap detik aku hidup di dunia."

Aku merinding dibuatnya. Ia mengatakan itu semua dengan isak dan penuh penekanan di setiap kalimat yang ia ucapkan. Sampai - sampai ia terisak dan tak bisa mengucapkan beberapa kata yang sangat mengakitkan perasaan nya.

Benar - benar pertama kali aku melihatnya seperti ini. Tanpa kusadari ternyata buih - buih air jatuh dari kelopak mataku saat ia mengucap kata demi kata yang membuat perasaan ku perih seketika.

Sendu untuk Sandy (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang