"san"
"hem?"
"masii lamaa yaah? Kaki gue udah ngga kuattt"
"ngga kok, bentar lagi nyampe"
"dari tadi lu ngomongnya mau sampe terus. Kadar lu ngomong bentar lagi tu, lu kira mungkin 100.000 km itu tandanya bentar lagi. Gitu bun?"
"husttt!! Jangan banyak omong! Ikutin aja lah! Lu juga tadi yang ngajak gue bareng. Gue malah berasa ngajak bayi sekarang."
"lucu dong gue. Kan bayi"
"bayi gedhe! Bayi gedhe kek lu bikin emosi"
"halah! Ngomong ajaa, gue lucukan? Tanpa lu ngomong gue udah tau sii, dari raut wajah lu"
Aku memandangnya meledek sembari mengangkat kedua alisku. Aku senang menggodanya terus menerus.
"GEEEEEE EEEEEEEERRRRRRRRRRR!!"
"wahh gila lu. Di negara orang tereak tereak."
"yaaaaaa, gue masi ada darah orang sini. Lhaa lu udah dateng, bikin rusuh, nyebelin, idup lagi. Wahh human yang satu ini memang da best!"
"HAHAHAHAHAHAAA!"
Aku hanya bisa terkekeh melihat ekspresinya yang begitu kesal padaku. Dan tak terasa jika toko yang ia maksud sudah didepan matanya. Mungkin karena bercandaan tadi cukup lama. Jadi tak terasa jika sudah sampai.
"yuk masuk"
Aku hanya memperhatikan ia berlalu melalui tubuhku. Dan ia sadar jika aku tak ada disampingnya. Dan memulai untuk berbalik badan.
"ehh, lu ngapainn diem ajaa. Mau nunggu toko nyaa tutup dulu lagi lu masuk paksa? Udah buruu!"
Ia melanjutkan langkahnya. Tak lama kemudian, ia berbalik badan lagi dan menatapku dengan wajah sangar nyaa. Sedikit takut, tetapi rautnya membuatku tenang.
Aku memang sengaja terdiam ditempat. Ia berjalan mendekatiku dengan wajah murungnya dan ia berposisi di belakangku sekarang. Ia mendorongku dengan sekuat tenaga.
"eehgghhhh! n-ntar dulu gue bisa jatoh nii!"
"nah! lu bisa ngomong, tapi kenapa dari tadi diem?! Cari wangsit di gunung kidul sanaaaa! Cari wangsit kok di New York. Di depan supermarket lagi. Ngelawak ni bocah!"
"hahahaha, iyaa iyaa. Yodahh yuk masuk"
***
"udah semua kan barang - barang yang mau lu beli?"
"udah si. Insya Allah ngga ada yang kurang. Kalo lu?"
"udah si. Cuma pesenan nenek minuman kaleng sama makanan ringan doang yang gue beli. Yodah yuk!"
Aku berjalan tepat disampingnya sembari mengarah ke kasir. Jauh dari kasir aku Sudah katakan berkali kali jika aku saja yang bayar, Tetapi dia masih saja mengeyel dan memilih kekeh jika ingin membayarnya sendiri.
"just it? ( ini saja?)
"yes"
Posisi ku saat ini berada dibelakang sandy untuk mengantri. Agar dia dulu yang membayarnya. Secara, ia tadi kekeh sekali dengan apa yang ia katakan.
"31.84 dollars ( 450.000,00 rupiah )"
Ia bergegas mengambil uang pas untuk membayar belanjaan nya. Tetapi, kenapa ia lama sekali? Apa uang nya habis? Atau kurang?
Malah pada akhir nyaa, ia mengeluarkan kartu debit nya. Ohhh, aku tau. Ia belum mengambil uang cash nya. Jadi terpaksa ia harus memakai kartu debit nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sendu untuk Sandy (END)
Teen FictionHargailah, yang selalu ada dan selalu bertahan. Buat dia selalu aman bersamamu. Buat dia percaya padamu. Semua itu, akan terasa jika kehilangannya. Putih Abu penuh kenangan. Tetapi, semua itu tak akan terulang seperti dulu. Jangan sekedar singgah...