23. Hukuman

586 67 6
                                    

'ngga perlu obat. Kamu cukup disini, aku udah tenang. Tetap disini aja. Jangan ninggalin gue'
-San


"san, maafin aku yah. Ini kesalahan ku, tapi malah kamu yang nanggung."

"iyaa gapapa. Aku malah seneng kok. Dari pada aku ngeliat kamu doang yang dihukum, aku ngga tega. Mendingan aku ngikut aja"

Gue membalasnya dengan senyuman yang mengambang di wajahku. Ia rela berpanas panas di tengah lapang itu hanya untuk menemaniku. Sebenarnya, jika Sandy mempunyai Alibi, ia tak akan di hukum. Tapi Ia memilih mengikuti jejak ku.

Lima belas menit berlalu, Gue memandang wajah Sandy yang sudah bercucuran keringat. Ia tampak haus. Sebenarnya aku tak tega melihat itu. Tapi apa boleh buat, melepaskan tangan dari hormat saja tidak boleh, apalagi ingin mengambil minum.

Ditengah lapang itu, 20 menit terasa 1 jam berlalu. Panas menyorot seluruh tubuhku. Ku tak kuasa menghadapi hukuman ini. Penglihatan ku sudah sedikit buram. Pusing melanda begitu saja. Tetapi, disini gue yang akan jaga Sandy. Dan Memastikan Sandy tidak ada masalah.

"san?"

"y-yah?"

"muka kamu udah merah semua gitu. Udah mending kamu duduk aja, aku aja yang ngelanjutin hukuman ini."

"udah ngga usah khawatir. Aku masih kuat kok ngejalanin hukuman ini. Yaa walaupun sedikit pusing si, tapi kan ini konsekuensinya."

"yaudah, kalo nanti udah capek bilang loh"

"iyaa"

"kalo nanti Ngga kuat sama panasnya bilang yah!"

"iyaa, Masha Allah Rey!"

"nah, kalo nanti ngerasa udah burem banget and pusingg banget, bilang lohh!"

"Iyaa sayangkuuu Rey Bongg!"

Ia memainkan Pipi ku seperti boneka yang ia punyai. Mendengar panggilan itu, rasa lelah terasa hilang. Aku yakin Sandy bisa menyelesaikan hukuman ini.

***

30 menit berlalu, ku kira sudah 1 jam. Ternyata lama sekali untuk menempuh Angka itu. Aku sendiri masih kuat menghadapi hukuman ini, tetapi Sandy nampak lesu dan terkadang memejamkan matanya. Dan aku tau Ia mempunyai Riwayat Darah Rendah. Dan aku khawatir dengan apa yang Sandy rasakan saat ini.

"san, kamu nurut yah. Udahan aja. Biar aku aja yang ngelanjutin Hukuman ini."

"udah Rey. Aku ngga papa. Mau kamu di situasi apapun, mau kamu dikondisi apapun, aku bakal tetep disini."

"san, ku mohonn. Aku ngga mau kalo kamu terus terusan disini, kamu bisa sakit san."

Ia berpikir bimbang. Tetapi, hati Dan mindset nya berkata jika harus terus melanjutkan hukuman ini.

Sinar panas semakin menyorot ke tengah lapang. Sandy tampak tak tahan dengan hukuman ini. Detik demi detik kaki nya mulai melemas. Penglihatan nya buram dan pusing melandanya terus menerus.

Brukk!

Suara itu bersumber dari arah kanan ku. Ya, Sandy. Aku sontak refleks membangunkan nya. Tetapi ia tetap saja terbaring tak berdaya.

"san, sann. Bangunn"

Tak ada respon sama sekali dari dirinya. Gue tak bisa berlama lama disana, gue langsung menggendongnya menuju UKS. Tak Luput dari pandangan anak anak yang melihatku dan Sandy.

Krek...

Pintu UKS telah ku buka dengan sedikit menendangnya. Anehnya, tak ada penjaga yang bertugas dihari itu. Heran.

Sendu untuk Sandy (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang