57. Still Love (You)

649 72 26
                                    

Aku cemburu pada malam. Malam yang tidak aku habiskan dengan nya. Semua sebatas angan semu. Tapi apa salah jika aku berharap?

Tringg... Tringg... Tringg...

Sandy missed call..

"Kenapa dia menelpon ku malam - malam? Apa ada masalah dengannya?"

Aku menghubunginya kembali untuk memastikan ia baik - baik saja.

"halo?"

"Rey.. Besok ada waktu?"

"Untuk apa?"

"Aku mau balikin sesuatu ke kamu.."

"Bukannya masalah kita udah selesai?"

"Iya, tapi ada yang mau aku balikin ke kamu, dan sekaligus ada yang harus aku omongin ke kamu.. Bisa?"

"Jam berapa?"

"Jam 11 siang.. Kamu bisa izin ke kantor kamu? Sebentar aja.."

"Maaf sebelumnya.. Sebenernya aku udah resign. Aku udah ngga kerja lagi. Dan juga, kapanpun itu aku bisa dan aku free. Tapi, jam 11.20 aku udah balik ke Indonesia. Jadi, simpen aja barang yang mau kamu kembaliin ke aku.. Dan ngga ada yang perlu di omongin lagi kan?"

"K-kamu mau balik? Kenapa ngga bilang aku?"

"Kenapa? Aku bukan siapa - siapa kamu. Dari dulu sampe sekarang. Jadi ngga ada yang perlu aku kasih tau ke kamu akan semua hal."

"Kamu marah sama aku? Rey.. Aku cuma mau kamu temuin aku besok siang.. Itu aja, aku ngga bakal ganggu kamu lagi."

"Seandainya, jadwal pesawat bisa diubah. Mungkin aku bakal turutin apa yang kamu minta. But i'am sorry, aku ngga bisa.. Dan juga, maaf kalo aku banyak salah sama kamu, aku sering nyakitin kamu, sekali lagi aku minta maaf.."

"Ngga!! Aku yang harus minta maaf ke kamu! Aku alasan kamu resign dari pekerjaan kamu Rey! Aku yang udah nyakitin kamu! Aku ngga bisa kontrol perasaan aku sendiri! Cuma maaf yang bisa aku ucapin terus - menerus ke kamu. Dan semua permasalahan kita ini aku yang salah!"

Lagi dan lagi isak nya terdengar oleh ku. Walaupun semua ini lewat telpon, isaknya tak jauh beda menyesakan diriku.

Kenapa ia terus menerus menyalahkan dirinya atas semua perkara ini yang sudah jelas ia tidak salah. Lebih baik jujur akan perasaan dari pada dia mengetahui aku mencintainya dengan tulus dan ia menerima ku karena kasihan denganku.

"Kalo kamu merasa kamu penyebab dari semuanya, ngga ada yang perlu di maafin San.. Kamu orang baik, kamu ngga ada salah sama aku.. Ngga ada yang sakit untuk semua ini. Mungkin belum terasa."

Ia termenung. Aku tidak bisa melupakannya jika aku masih mendengar suara, dan merasakan rasa sakitnya. Walaupun nyatanya diriku ini ada pada rasa sakit yang sama. Namun berbeda cerita.

"Yaudah, aku tutup telpon nya.. Jaga kesehatan, jangan telat makan and take care!"

Aku langsung menutup sambungannya. Aku tidak mau membuat air mataku keluar untuk malam ini.

***

Jika aku harus menempatkan hati, itu pada dirinya. Tapi bagaimana jika aku menempatkan perasaan ku pada orang yang bukan untuk ku?

Sekarang, pukul 10.55 aku sudah berada di bandara. Aku hanya tinggal menunggu jam penerbangan ku tiba.

Pukul 11.00, semua diarahkan untuk memasuki pesawat. Bunda sudah berada di dalam pesawat, sedangkan aku saat itu sedang membeli sebuah minuman.

Sendu untuk Sandy (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang