* Abam POV *
Here I am now, Jakarta. The city that I avoided the most. The center of my heart breaking stories. Possibly, the place that will end my suffering?
Jakarta dan segalanya membuat gue hilang arah. Pusing. Entah gue harus apa.
Sesampainya di Soekarno Hatta minggu lalu, gue langsung menyibukkan diri gue.
Gue stay di rumah BSD. Agak nyari mati karena... chance of me meeting her here is so big.
Iya. We live nearby. I used to come to her home just to accompanied her.
Ah, time flies so fast, indeed.
Dia... gimana kabarnya ya? Apa baik-baik saja? Atau sama seperti gue? Menderita?
Ah. Sudahlah. Apa yang lo harepin Bam? Lo harus fokus. Disini lo cuma sementara. Gausah ngarep macem-macem lah.
Dan please. Pegang janji lo buat ga nyamperin dia gimanapun caranya.
Lo kuat kalo liat dia udah bahagia? Mau seancur apa lo?
"Gue harus balik Sydney next week. Are you okay staying here all by yourself?" Suara Bang Adra memecahkan lamunan gue di Sabtu pagi yang sendu ini.
Ah... cutinya sudah habis ya.
Sesungguhnya gue akan baik-baik saja. I am all fine as long as I'm not meeting her.
"Dome?"
"Dome mau ke Bandung sebentar, terus gak lama harus balik Tokyo karena kampus nya udah mau mulai semester baru."
Gue ngangguk lagi. Baik.
Gue benar-benar akan sendirian di kota yang amat sangat gue kenal seluk beluknya.
"I'll be fine bang."
"Just do your things and pack up after it finish ya."
Gue ngangguk kemudian Bang Adra pamit untuk pergi keluar sebentar, bertemu kolega kampusnya... at this hour?? Ini masih jam 7 pagi?
Perut gue keroncongan... yah kebiasaan ini perut belom nyesuaiin jadwal Indonesia. Masih rada jetlag gue rasa. Gue melihat kamar Dome dan masih tertutup rapat. Yaudah gue memutuskan untuk meninggalkan Dome dan mencari makanan di sekitar komplek. Gue inget dulu ada abang tukang lontong sayur deh gak jauh dari gerbang komplek.
"Jalan pagi sounds good ya?"
Sudah deh tanpa pikir panjang gue langsung ambil dompet gue dan bermodal sendal jepit gue berjalan santai menuju gerbang depan komplek.
Ga perlu waktu lama untuk gue menemukan si abang lontong sayur karena dia masih mangkal di tempat biasa seperti dulu, seperti dimana masa gue beli dagangan doi tiap pagi sebelum ngantor."Bang mau lontong sayurnya satu."
"Makan sini apa bawa pulang bang?"
"Makan sini aja."
Si abang ngangguk tapi masih belom ngeh ni gue liat-liat sama gue. Iya soalnya pas gue dateng doi lagi ngelayanin satu pelanggan lagi yang kemudian duduk di sebelah gue.
Gue perhatikan postur lelaki yang tingginya gak jauh beda dari gue ini, kayaknya pendatang baru ya? I mean komplek gue merupakan salah satu komplek tua di BSD jadi pasti gue inget banget siapa-siapa aja lah yang tinggal disini.
Ni juga, abang lontong sayur belom ngeh kalau langganannya udah balik dari perjalanan panjang. Pas dia menyajikan lontong sayur gue dan lelaki di sebelah gue barulah dia ngeh.
KAMU SEDANG MEMBACA
EVERLASTING
FanfictionPeople said, love is meant for everyone. When they met, they show sparks in their eyes. Butterfly in their stomach. And heart that beat harder than usual. For me, It was always you. Who silently crept into my heart. And open the door that I planned...