11 - Raisha

211 28 2
                                    

* Raisha POV *

Setelah gue cerita ke Sultan, i feel a bit relieved. Kayaknya emang gue harus sering-sering cerita ke abang gue deh. He still have that soft spot for me though, gue kira udah ilang ditelan bumi.

About what I said earlier, tentang Dylan. Gue tau ini aneh tapi gue bahagia ketika gue di dekatnya. Dia bisa membuat gue tersenyum tanpa gue harus berusaha memaksakan senyum. I feel like there are no barrier who separate us. Ngga seperti gue dengan Abam.

Iya. Gue yang dengan seenaknya membangun tembok pemisah antara gue dengan Abam.

Lemme tell you something. Setelah insiden penolakan... yea you can say that... kita berdua emang makan bareng. Tapi setelahnya, gue gak dikabarin sama sekali olehnya. Gue aja gak tau kalau ternyata dia lagi di luar kota? I mean... come on. We've been friends for almost 10 years, and you can simply say 'gue di Surabaya nih, main sendiri dulu ya sampe gue balik.' Sesusah itu kah?

Or it is maybe just me who want to hear his voice? Ah. I don't know.

You guys wondering, mau lo apa sih Rai? Lo mau sama Abam? Atau lo mau sama Dylan?

Yang sejujurnya bisa gue jawab dengan mudah: GUE GATAU.

Gue gatau apa yang gue rasain ke Abam itu bener.

Gue juga gatau apakah yang gue rasakan dan terima dari Dylan itu baik, untuk gue dan untuknya yang memberi segalanya.

Gue....bingung.

Tapi gue juga bisa bilang, mungkin apa yang Dylan berikan ke gue itu, tanda untuk memulai sebuah hubungan baik? Persahabatan mungkin?

There you are. Gue mau menganggap perbuatan Dylan ke gue hanya sebagai perbuatan baik antara junior-senior di kantor kok ya gue gak rela karena gue sempat beberapa kali liat dia blushing? Dan... gue juga gatau kenapa perut gue selalu dan selalu terasa geli ketika Dylan memandang gue?

Entahlah. Gue bingung. Gue mau jalanin hidup gue lagi, dengan bahagia. Dengan kebahagiaan yang sedang diberikan Dylan ke gue, meskipun untuk sementara waktu.

***

It has been 4 months since I last saw Abam in real life. Soalnya kalau lewat video gitu, gue sering liat muka dia nongol di snapgram nya Jere atau ngedenger suara ledekannya ketika Alicia lagi telponan sama Jere.

Hal ini pernah terjadi dulu, ketika gue masih pacaran sama mantan gue, dan kini terjadi lagi. Bedanya, dulu gue masih ada niat untuk approaching him, but now? I don't even have any courage to do so.

Mungkin, Melvin dan Alicia juga heran, gue kok ya bisa ngga kontakan sama Abam yang seharusnya gue nempel sama dia udah kayak anak kembar siam, kemana-mana bareng.

Seperti hari ini, entah sudah jumat malam keberapa semenjak Abam tidak lagi berkunjung. Sultan pun menjadi lebih sering datang ke apartemen, ketika gue menelponnya. Gue juga jadi lebih jarang di apartemen di bawah jam 9 malam, karena kerjaan gue, sebagai chief team proyek baru gue dan Dylan yang selalu ngajak gue pergi, kemanapun dia mau setelah pulang kantor.

Sekarang, gue bersama Dylan, Melvin dan Alicia memutuskan untuk mampir di apartemen Alicia untuk menonton film horror yang sesungguhnya gak gue suka sama sekali! Gue takut film horror asli!

Dan sekarang, gue sudah terjebak diantara Alicia dan Dylan yang duduk tepat di sebelah kanan dan kiri gue. Mereka semua sepakat untuk nonton film The Conjuring yang pertama.

EVERLASTINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang