* Raisha POV *
Hari itu gue hancur. Lebur. Serasa semua ini mimpi. Tidak nyata.
Abam pergi meninggalkan gue lagi. But now... he left me for good.
Gue tau gue serakah. Mungkin ini jawaban semesta akan keserakahan gue.
That night was so magical. Settled politely in my heart.
Ketika pagi itu Abam pergi keluar dari apartemen, I can't hold myself not to ran to catch him.
Tapi gue ditahan Sultan. Detik itu. Detik dimana mungkin gue untuk sekali lagi bisa mempertahankan dia di hidup gue.
"LEPASIN GUE SULTAN! LEPAS! PLEASE I WANNA BE WITH HIM! I BEG YOU!"
"STOP! STOP IT RAISHA! YOU DONT THINK STRAIGHT!"
Dan gue tau, seberapa keras gue memberontak usaha gue tetaplah sia-sia.
"LET ME GO! LET ME—"
Dan seketika diri gue terjatuh ke lantai. Sudah tidak kuat menahan siksaan hati ini.
Dekapan Sultan amat sangat kuat sampai gue tidak bisa mengelaknya dan Abam... dia sama sekali, sama sekali tidak berpaling. Ia pamit. Benar-benar pamit.
Rasanya gue mau mati.
Sakit.
Gue hancur dan tak bersisa.
Tangis gue pecah diikuti hujan deras yang datang tiba-tiba mengguyur Jakarta.
Seakan semesta tau, bahwa insan ini sudah hilang arah.
Seakan semesta mengerti, bahwa insan ini perlu ditampar oleh kenyataan.
Seakan semesta menyadari bahwa insan ini telah ikut pergi bersama seseorang yang selamanya terpatri dalam hatinya.
***
2 hari gue berdiam diri di apartemen. Tanpa mengabari siapapun di kantor. Bahkan Dylan, calon suami gue, yang sangat jelas gue selingkuhin dengan orang yang kini sudah meninggalkan gue.
Orang yang tau keadaan gue hanya Sultan. Semenjak kejadian 2 hari lalu pun Sultan selalu pulang tepat waktu untuk menemani gue.
Gue mungkin sudah gila.
Sesungguhnya kalau gue mau bunuh diri juga bisa.
Tapi gue masih takut sama Tuhan.
Gimana kalau Tuhan marah ketika gue mati tidak pada waktu yang telah ditakdirkannya?
Dan... kalau gue mati... Sultan, nyokap dan bokap gue pasti sedih banget.
Tapi ini sakit.
Sakit banget.
Rasanya air mata gue sudah kering sampai rasa sakit ini dinangisin aja gak bisa.
Ketika gue masih termenung di sofa bed, tempat biasa Abam melepaskan lelahnya, ada seseorang mengetuk kamar gue.
Abam?
Hah, mimpi banget kalau itu Abam.
Paling juga abang ojol anterin makanan pesenan Sultan. Make sure that his sister is eating well when she is so damn stress.
Gue berjalan gontai ke arah pintu. Ketika akhirnya gue membuka pintu dan siap mengambil makanan dan abang ojol, gue membeku dalam posisi gue.
Tidak menyadari bahwa ternyata, ini saatnya gue menghadapi kenyataan yang gue hindari.
KAMU SEDANG MEMBACA
EVERLASTING
FanfictionPeople said, love is meant for everyone. When they met, they show sparks in their eyes. Butterfly in their stomach. And heart that beat harder than usual. For me, It was always you. Who silently crept into my heart. And open the door that I planned...