27

197 28 5
                                    

* Abam POV *

"Elo tuh ya. Bego apa tolol sih? Orang nya udah di depan mata malah lo tinggal pergi!"

Gue masih tetap terfokus sama kerjaan gue as Jere talks a lot to me. Yes, Jeremiah is here. Jere yang kabur ke Amerika dan cabut dari kantor dengan alasan capek.

Ya iya sih. Dia mah enak ngomong kayak gitu. Bokap nya kaya. Punya usaha. Mau dia goler-goler aja sebenernya juga udah ada duit.

"Man! The love of your life is here tapi dengan bego nya lo ninggalin dia lagi??? Gilaaaa gila Abraham mental lo tempe banget anjir!"

"Bacot."

"Lo udah jelas-jelas dia di depan mata tapi lo tinggal pergi Bam!"

Gue lempar dia pake kentang yang ada di depan laptop gue, "bacot anjing! Lo juga Alicia kuliah aja lo putusin! Sama aja lo kentang!"

Gue marah. Gue emosi. Ngapain coba Raisha disini? KAPAN SIH SEMESTA MEMBIARKAN GUE ISTIRAHAT?

"For fuck sake Abraham she is HERE!"

"AND SHE IS SOMEONE'S WIFE FUCK!"

"No, she is not."

Enteng banget rahangnya Jere ngomong kayak gitu. Sinting apa gimana sih jelas-jelas pas gue cabut 5 tahun yang lalu Raisha nikah.

"Dia udah nikah, Jer. Don't you remember?" Kata gue lelah.

"Dia gajadi nikah, Bam."

Wait.

"What?"

"She chose you. Dia gak jadi nikah karena dia maunya sama lo."

Gue masih terdiam.

"Dia milih elo bangsat."

Gue mengacak rambut gue. Pusing.

"Apaan sih. Gausah bercanda lo setan."

"Beneran Bam."

Jadi ceritanya Jere tiba-tiba datang ke apartemen gue, bawa koper segede gaban kayak orang mau pindahan. Reason? Bosen sama Amerika mau sama gue aja. Sinting kan? Yaudah gue gak cerita apa-apa sama dia tau-tau dia lempar gue pake bantal terus spill semuanya kalo dia diceritain Sultan. Every. Single. Thing.

Even hal yang gak gue tau setelah ninggal Raisha malam itu. Bahkan sekarang dia berisik banget ngomel-ngomelin gue karena ninggalin Raisha. Tangisnya pecah lagi. Buat orang brengsek kayak gue.

Like... for God's sake can you please just stop this shitty things called love?

Semenjak cabutnya gue dari kafe Ale malem itu, Ale beberapa kali nyoba buat reach out gue tapi dengan halus gue tolak, gue bilang gue butuh waktu dan jangan kasih tau Raisha dimana gue tinggal.

Dan disinilah gue, ngendon di apartemen. Jere dengan mudahnya menghancurkan benteng pertahanan yang tidak pernah sungguh-sungguh gue bangun dengan kokoh untuk tidak mencintai Raisha lagi.

"Gue tau lo masih cinta mati sama Raisha."

"Shut up. Since when you meddle in my life, Jer?" Kata gue kini sudah mengalihkan pandangan ke Jere. Menatapnya tajam. Sudah cukup gue dihakimi.

EVERLASTINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang