....
"Dengan begini sisa satu lagi."
Edi menoleh, menatap makhluk raksasa di pusat kota. Makhluk panggilan dari Abyss gate masih mengisi daya, sebelum ia bergerak mereka harus mampu melenyapkannya.
"Edi, biarkan aku membantu."
Zhong berseru, dia masih memiliki tenaga yang cukup untuk bertarung. Walau ia tidak mampu menghadapi Abyssal Reactor, setidaknya Abyss Leak yang berkeliaran bisa dikurangi.
"Kalian pergi saja duluan, aku akan menyusul."
Ragus menimpali, Pria itu perlu waktu untuk memulihkan energinya.
Sementara Profesor memutuskan untuk menunggu Zee terbangun, lagi pula dia sudah kehilangan cukup banyak peralatan.
Pria itu ingin mencari informasi dahulu sebelum bertindak agar peralatannya tidak hancur sia-sia.
"Kalau begitu saya pergi, Prof."
"Hati-hati kalian berdua!"
"Semoga kamu berhasil, Edi."
....
"Namaku Zidan Virridi Terra 9. Aku adalah pangeran sulung dari negeri kecil di Utara, kini tempat itu berada di bawah kekuasaan Terra Castle."
Zidan menceritakan kisahnya, siapa dia hingga pada akhirnya berakhir seperti ini. Dia merupakan sandera kerajaan, satu-satunya pangeran yang selamat.
Meski ia anak selir, tetapi tetap dijadikan pangeran oleh penguasa negeri itu. Hanya saja mereka berebut kekuasaan dengan Terra Castle hingga berakhir kekalahan. Negerinya musnah dan tanah itu di menjadi milik Terra Castle.
Sebagai satu-satunya anggota kerajaan yang tersisa, Zidan dijadikan pengawal seorang putri. Namun siapa sangka, tak lama setelah kemenangan Terra Castle mengalami penyerangan.
Musuh tidak dikenali menyerang seluruh pulau Terra Island, bahkan memblokade jalan hingga tak bisa melarikan diri.
Seisi pulau dimusnahkan termasuk semua makhluk hidup yang ada, kecuali mereka dan beberapa sandera yang dibawa.
Kejadian selanjutnya tidak jauh dengan cerita Tiffania, hingga berakhir kehilangan kesadaran dan tubuh Zidan dikendalikan oleh Zee.
"Ternyata begitu rupanya."
Profesor memegang dagu memikirkan alur ceritanya secara utuh.
Jika begitu, kejadian lima tahun lalu adalah saat ketika seluruh negeri mengalami kekacauan. Entah mengapa beberapa lokasi masih selamat, itu menjadi pertanyaan.
Akankah terdapat pahlawan kesiangan, atau mereka memang sengaja untuk menunggu Edi? Tidak ada yang tahu.
"Di luar itu, ada hal yang lebih penting. Mengapa kalian, malah mengurusi pemuda seperti ku ketimbang menyelesaikan masalah di tempat ini?!"
Zidan yang sekarang begitu berbeda, dia berbicara begitu sopan dengan logat darah biru. Ia juga mengingatkan kejadian penting yang seharusnya Profesor dan Ragus lakukan, daripada menunggunya siuman.
"Mengenai itu, kami akan menyusul setelah urusan denganmu selesai." Profesor membalas.
Profesor sedikit penasaran dengan Zidan, mengingat luka yang dialaminya pemuda itu masih bisa membuat bahkan menceramahi keduanya. Zidan juga memaksakan diri untuk berdiri melihat kondisi sekitar, padahal berjalan saja dia kesusahan.
Ragus memang sudah mengobati Zidan menggunakan sihir penyembuh yang ia kuasai, tetapi itu masih belum cukup untuk menyembuhkan luka sebanyak ini.
"Kalau begitu..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dimensi O'clock -Adventure In Pararel World- (Re-upload)
FantasySAMPUL SEMENTARA (by pinterest) Tulisan dalam tahap perbaikan, secepatnya akan dilakukan update dari chapter awal. Garis besar cerita tetap sana, hanya gaya penulisan dan frasa dalam teks. Mulai Re-Upload-; bisa baca ulang dari awalnya ya Kehilangan...