Aquilla membuka kantung itu membuat isinya berserakan di atas meja nakas. Kedua tangan bergerak di atas bola kristal membuatnya bersinar kebiruan.
"Aku akan membacakan sebuah ramalan untuk kalian." imbuhnya.....
Aquilla menggenggam serakan benda itu dalam sekali ambil, lalu ia kocok secara acak. Mulut wanita tua itu berkomat-kamit membaca mantera.
Alas kain di atas meja berkilau, serbuk-serbuk datang entah dari mana berterbangan mengelilingi bola kristal yang menyala. Perlahan Aquilla menyebar benda-benda secara acak, gaya jatuh benda tersebut terkena dampak dari sebaran serbuk hingga merubah posisi.
Setelah beberapa saat, serbuk yang menyebar perlahan sirna berbarengan cahaya pada bola kristal meredup.
Kini di atas meja nakas terdapat dua sisi berbeda tertata rapi di depan Edi dan Liyonna, secara terpisah menunjukkan hasil ramalan yang Aquilla akan bacakan.
Sejenak Aquilla tertegun melihat hasil dari dua ramalan mereka, ia terkejut hasilnya begitu di luar dugaan. Wanita tua itu gemetar, dia menatap kedua pola secara bergantian.
"I-ini,... Ini!!!"
"Ada apa, nona Aquilla? Apakah ada yang aneh dari ramalannya?"
Liyonna memberanikan diri bertanya kepada wanita tua itu. Aquilla segera merespon dengan menggeleng pelan.
"Tidak, tidak apa-apa gadis muda." jawabnya.
"Aku hanya sedikit terkejut melihat hasilnya." imbuhnya tanpa basa-basi.
Cleromancy merupakan metode ramalan yang Aquilla kuasai, meski tingkat keakuratan nya tidak sebaik guru dan lulusan terbaik dari Jīngshén (精神).
Satu perguruan yang sama dengan Ragus, tetapi ia menguasai teknik berbeda dengannya. Selain itu, Aquilla bisa dikatakan sebagai senior dari Ragus yang menjadi angkatan terakhir.
Media yang di gunakan untuk ramalannya berupa tulang, batu, bulu dan beragam objek lainnya. Hasil ramalan dilihat dari susunan benda-benda itu, apakah nasib buruk atau nasib baik?
Siapa yang tahu, pola setiap susunan berbeda-beda setiap orang. Belum lagi. Kemungkinan terjadi belum tidak bisa diprediksi secara pasti oleh Aquilla, ia hanya mampu melihat dan membacakan hasil. Kapan waktunya tiada yang tahu, meski begitu sudah menjadi kepastian bila akan menjadi nyata.
"Gadis muda, namamu Liyonna bukan?"
Aquillla bertanya untuk memastikan, jemarinya bergerak di atas objek ramalan Liyonna tanpa mengalihkan pandangan.
Sepasang batu dengan symbol serupa tetapi berbeda ukuran menjadi perhatiannya, mereka serupa tetapi berada di sisi yang berbeda.
"Siapkan hati dan jiwamu." imbuhnya.
Bunyi ramalan itu berupa 'Kasih yang telah lama dinanti akhirnya tiba, perjumpaan yang telah dicari pun mencapai akhir. Namun, nahas takdir berkata lain karena mereka menatap sisi yang berbeda. Jiwa yang terikat seolah terpisah begitu saja, dua sisi yang tidak bisa di satukan kembali.'
Arti yang tidak bisa dianggap sebagai sebuah kebahagiaan. Memang akan bertemu dengan seseorang yang telah dinanti, tetapi kenyataan berkata lain. Pahit dirasa jika harus menemui takdir itu, mereka harus berjuang di sisi berbeda. Mungkin saja akan ada pertempuran diantara mereka.
Liyonna menarik nafas berat, gadis itu menyadarinya semenjak memutuskan untuk melakukan perjalanan ini. Suatu saat nanti pasti mereka akan saling bertemu, tetapi nasib keduanya siapa yang tahu? Biarkan saja takdir yang menuntun arus perjalanan panjang tengah di tempuh, kemana mereka kan dibawa dan dimana ujung sabana terlihat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dimensi O'clock -Adventure In Pararel World- (Re-upload)
FantasySAMPUL SEMENTARA (by pinterest) Tulisan dalam tahap perbaikan, secepatnya akan dilakukan update dari chapter awal. Garis besar cerita tetap sana, hanya gaya penulisan dan frasa dalam teks. Mulai Re-Upload-; bisa baca ulang dari awalnya ya Kehilangan...