Hitam kelam, gelap dan dingin yang dirasakan oleh seorang bocah saat ini. Tidak ada cahaya sedikitpun di sekitarnya, bahkan dia tidak dapat melihat tubuhnya sendiri. Bocah itu berjalan, meski ragu dia tetap melangkahkan ke dua kakinya ke depan.Sensasi becek seolah menapak genangan terasa, bahkan lebih kental seperti lumpur. Dia tersadar jika itu bukanlah lumpur melainkan Darah saat terasa semakin lengket dan berbau amis.
Bocah itu terkejut ketika pijakannya berubah tiba-tiba, warna merah terang menyebar dengan cepat ke segala penjuru. Tubuhnya bergetar hebat melihat genangan darah seluas ini, mungkin melebihi danau terluas di daerahnya yang mencakup 30 juta kubik.
Tess... Tess....
Riuk air terdengar dari kejauhan, dia menoleh mencari asal sumbernya dan mendapati seseorang berdiri di kejauhan. Orang itu setidaknya seusia dengannya, entah mengapa rasanya dia mengenali pemuda itu, perlahan ia berjalan mendekat.
Namun kejadian aneh terjadi, bukannya dia semakin dekat melainkan sebaliknya menjadi semakin jauh. Mulai dari berjalan pelan hingga dia berlari kencang, seolah jarak keduanya tidak berkurang, parahnya semakin bertambah jauh.
Rasa cemas memenuhi relung hatinya, dia jatuh terperosok hingga tubuhnya tersungkur menghantam genangan darah. Samar-samar siluet wajah terbayang di matanya, wajah yang begitu akrab baginya. Dia mengenali postur hingga gaya rambut itu.
"Dwi...." Panggilnya.
Edi reflek memanggil nama sahabatnya itu, pemuda itu merespon dengan tersenyum simpul. Senyuman itu terasa begitu hangat seolah sudah lama tidak pernah bertemu, namun itu hanya sejenak sebelum senyuman itu berubah menjadi senyum jahat. Senyuman yang begitu dingin, bahkan terasa menusuk dalam hatinya.
Perasaan Edi menjadi tidak karuan, rasanya begitu begejolak seolah terhantam batu besar. Dia berusaha untuk bangkit dan berlari ke arah Dwi. Setiap langkahnya terasa begitu berat, Edi berlari terseok-seok. Sebuah tangan muncul dari genangan itu dan mencengkram kakinya, Edi terjatuh.
Edi semakin panik, dia meronta sekuat tenaga. Sayang usahanya sia-sia, semakin Edi meronta semakin kuat pula cengkramannya, bahkan jumlah lengan itu semakin banyak hingga melilit seluruh tubuhnya.
Bayangan Dwi bergerak dan membentuk siluet di belakangnya membuat Edi semakin panik. Hatinya semakin tidak karuan, Edi berusaha berteriak memanggil namanya. Dwi di seberang sana tidak menghiraukan teriakan Edi sama sekali.
Parahnya mulut Edi disumpal lengan-lengan itu, tubuhnya ditarik paksa ke dasar genangan. Siluet itu dan menggeliat menyelubungi tubuh Dwi, dia menelannya bulat-bulat seperti memakan camilan. Kepala siluet itu menunjukkan senyum kemenangan diikuti oleh gerakan bibir Dwi.
"Dwi--" Edi berusaha berteriak meski tidak bisa, tubuhnya semakin tenggelam.
Samar-samar dia melihat gimik wajah Dwi seolah berkata 'Maaf'.
"Tidak!..." Tubuh Edi ditarik paksa untuk menyelam ke dasar penyesalan, hatinya hancur kehilangan sahabatnya sendiri.
Genangan darah menjadi saksi bisu siluet hitam menelan seorang bocah, lalu menyebar merubah warna merah kembali menjadi hitam.
Keheningan dan kegelapan kembali menguasai.
....
Arghh....
Edi terbangun dengan posisi tangan menjulur ke atas berusaha menggapai langit, keringat membasahi tubuh dan pakaian, ditambah nafasnya terengah-engah. Rupanya dia bermimpi, entah mengapa rasanya begitu nyata seolah benar-benar terjadi.
Mungkinkah itu sebuah pertanda atau hanya ketakutan Edi saja, bisa jadi Dwi sudah tertelan oleh Blash. Siapa yang tahu?
Edi mengubah posisi menjadi duduk, dia kembali mengingat kejadian sebelumnya. Belum lama ini sikap Dwi mulai berubah, tepat setelah kejadian First Gate kala itu itu.
Dwi seolah menjadi orang lain baginya, aktivitasnya hanya disibukkan dengan mengumpulkan Dark Power. Sahabatnya itu pernah terlihat terang-terangan menyakiti teman sekelas tanpa sebab, bahkan sampai membuat anak itu begitu ketakutan. Sejak saat itu beberapa anak menjaga jarak darinya, bahkan Edi sendiri.
Alasannya menjauh sedikit berbeda, Edi tidak merasa takut tapi heran dengan sikap Dwi. Dia ingin mengembalikan sikap sahabatnya itu, ingin Dwi kembali seperti semula. Alasan Edi menjauhi Dwi karena dia sudah tidak tahan menerima luka dari Dark Power yang keluar dari tubuh Dwi. Sekarang saja masih ada beberapa luka yang menghitam, bahkan sakitnya masih terasa.
Edi berjalan mendekati jendela, dia buka dan melihat keluar menatap langit malam itu. Taburan bintang menjadi penghias, namun bukan itu yang dia amati. Lebih jauh dari bintang terang, dia berusaha menatap angan, berangan akan adanya harapan yang mungkin bisa membantunya.
Bagaimanapun juga keduanya sudah berjanji berjuang bersama dan untuk saling melindungi, dia yakin Dwi saat ini sedang berusaha keras.
Edi cukup fokus untuk mencari tahu tentang Blash lebih jauh, bagaimana untuk menghadapinya dan menyelamatkan Dwi.
Pikirannya melayang berusaha mengingat kembali kejadian First Gate, sifat Dwi berubah 180 derajat sejak saat itu.
Kemungkinan Blash menunjukkan sifat aslinya di hari itu.
Keberadaan Blash baginya nyata, terutama bagi dirinya yang merupakan Shikai mengingat adanya Hits.
***
|NEW WORLD OPEN|
Edi dan Dwi menghentikan langkahnya ketika mendengar suara, suara itu bergema langsung ke dalam pikiran keduanya bersama dengan sebuah layar kecil di depan mata mereka. Dwi tersenyum kecil melihat notifikasi setelahnya....
|First Gate|
Edi melirik Dwi, dia seolah tidak sabar menunggu momen ini. Berbeda dengan Edi, dia tidak tahu sama sekali tentang ini, berbanding terbalik karena Dwi yang sekarang sebenarnya adalah Blash.
{Apakah anda ingin memasuki First Gate?}
{Ya/tidak}
Dwi membalas tatapan Edi, dia mengangguk dengan semangat seakan meyakinkan Edi bila tidak akan ada masalah.
Edi meneguk ludahnya menguatkan tekadnya, setelah merasa yakin dia lalu mengangguk. Keduanya menekan 'Ya' bersamaan.
U-Watch mengeluarkan dua energi berbeda kemudian membalut tubuh keduanya kemudian hilang bagai tersapu angin bersama kedua bocah itu.
....
|'Selamat datang di First Gate'|
***
E.P.P.U in PWR
Pub at 30/06/2021|16.28 WIB
KAMU SEDANG MEMBACA
Dimensi O'clock -Adventure In Pararel World- (Re-upload)
FantasySAMPUL SEMENTARA (by pinterest) Tulisan dalam tahap perbaikan, secepatnya akan dilakukan update dari chapter awal. Garis besar cerita tetap sana, hanya gaya penulisan dan frasa dalam teks. Mulai Re-Upload-; bisa baca ulang dari awalnya ya Kehilangan...