....
<"Terima kasih, Tu- manusia."> Hits berucap lirih, frekuensi di kepala Profesor begitu lemah.
Profesor melirik data Hits sembari memperhatikan luka Hits, grafiknya tidak mengalami kemajuan, melainkan angka statistik yang ditampilkan berkurang perlahan. Asap hitam kerap kali merembes dari perban di dada makhluk itu.
"Ma-afkan saya, hanya ini yang bisa saya lakukan." Spontan Profesor meminta maaf kepada Hits.
Makhluk itu menggeleng pelan kemudian berkata, <"Tidak apa-apa, ini sudah cukup."> Dia mengelus perban di dadanya membuat noda hitam berpindah ke tangannya.
<"Kamu sudah melakukan yang terbaik."> Lanjutnya bahagia, jika saja Hits memiliki wajah, Profesor akan melihatnya tersenyum. Namun, mendengar nada suaranya saja sudah bisa merasakan betapa senangnya Hits.
<"Selain itu,"> Hits mencoba untuk berdiri, tapi tubuhnya limbung dan berakhir dalam pundak Profesor.
"Jangan paksakan dirimu, lukamu belum membaik." Paniknya.
<"Aku ingin kamu melakukan sesuatu lagi."> Balas Hits cepat, kepalanya melirik ke dua inti mereka. Profesor menyadari pandangan itu, dia memapah Hits untuk membantunya berjalan.
Hits memandangi kedua inti dan menyentuhnya, dia mengelus tabung berisi inti Blash, sesekali dia melirik ke monitor meski tidak paham arti angka-angka itu.
<"Kupikir tanpa kuberi tahu kamu sudah mengerti bukan, Tuan?"> Ocehnya, meski lirih Profesor cukup terkejut walau kata terakhir terdengar samar.
Pria itu bukan orang bodoh yang tidak memahami makna 'Tuan', mungkinkah mereka mengakuinya? Entah, lagian siapa juga yang mau bertanya.
<"Wujud kami sudah terpisah, meski unsur kami satu. Tapi, satu hal yang pasti kamu sudah tahu bukan? Kami memiliki perbedaan yang terpaut jauh,"> Hits kembali bersuara, tidak peduli dengan Profesor yang membeku di depannya. <"Oleh, sebab itu diperlukan perantara yang mampu menyatukan kami.">
Hits menggenggam tangan Profesor membuat Pria itu terlonjak kaget dan sadar dari lamunannya. Hits membimbing tangannya untuk menyentuh peralatannya, <"Selesaikan penemuan terbesarmu!"> Ujarnya.
Profesor langsung paham maksud perkataan Hits, kedua tangannya beralih dan melakukan pekerjaannya. Mulai dari mengumpulkan data, mencari kecocokan dan membuat cetak biru (Blue-print). Profesor dalam sekejab memasuki mode seriusnya, Hits tersenyum simpul melihatnya berarti tugasnya selesai.
Dalam sudut pandang Hits, dia merasa pilihannya tidaklah salah, tapi juga tidak bisa dipungkiri jika pilihannya itu terbaik atau bukan. Blash memiliki pandangan sendiri, alasan dan penyebab dia beralih belum pasti, dia tidak bisa disalahkan begitu saja.
....
Inti core Hits berpendar mengalihkan perhatian Profesor, dia menoleh ke arah siluet manusia tidak jauh darinya. Makhluk itu semakin meredup bahkan benda di belakangnya terlihat seolah transparan.
<"Sepertinya, waktuku tidak banyak.... Padahal aku ingin melihat hasil karyamu."> Sambar Hits cepat, dia tidak ingin membuang waktu lebih lama untuk berbincang dengan Pofesor lagi -lebih tepatnya tidak bisa bertahan lebih lama dalam bentuk itu. Alasannya sudah jelas, karena energinya sudah menipis.
"Apa yang---." Kata Profesor tertahan melihat wujud Hits sekarang.
<"Maaf, aku harus segera pergi."> Tukas Hits memahami reaksi dari Pria itu, sekarang tubuhnya ikut bercahaya.
<"Sebelum itu, bolehkah aku berpesan?"> Tanyanya langsung dijawab anggukan oleh Profesor.
<"Setelah ini aku- tidak, kami akan menyaksikan dari dalam sana....">
<"Meskipun begitu, jangan terlalu santai. Karena kami akan selalu ada, terlebih..."> Ucapannya terjeda, dia memandangi kedua inti bergantian.
Cukup lama dia berhenti di inti Blash sebelum kembali menatap intinya yang bersinar terang.
<"Terlebih dia masih belum menyerah, sebab itu aku memintamu membuatkan perantara untuk kami..., Tapi, yang lebih penting adalah *****.
Kami membutuhkan sesuatu untuk menopang jiwa kami, mampu menahan dan menghentikan gejolak kami. Karena energi besar pasti ada tanggung jawab yang besar.">
<"Untuk apa atau siapa itu, aku sendiri tidak tahu. Kamu lah yang harus mencarinya sendiri. Hanya satu hal yang pasti, Keduanya harus memiliki niat tulus dan juga ikatan yang kuat, agar kami dapat seimbang kembali.">
Sinar di tubuh Hits mulai meredup diikuti tubuhnya yang mulai melebur menjadi serpihan, <"Kumohon... Kumohon temukan mereka atau biarkan alam yang menentukannya.">
<"Aku serahkan sisanya padamu,...>
Serpihan cahaya melayang memasuki inti, kembali ke asalnya. Sinarnya semakin terang hingga semua serpihan itu lenyap, kemudian cahayanya kembali meredup, menyisakan bola putih seukuran kelereng.
Prof segera mengaktifkan system, menyimpan inti Hits ke dalam tabung kaca seperti Blash. Sekilas Profesor mendengar gumaman, meski lirih dia yakin itu Hits.
"Semoga kita berjumpa lagi,... Tuanku.">
***
E.P.P.U in PWR
Pub at 23/06/2021 | 22.16 WIB
KAMU SEDANG MEMBACA
Dimensi O'clock -Adventure In Pararel World- (Re-upload)
FantasySAMPUL SEMENTARA (by pinterest) Tulisan dalam tahap perbaikan, secepatnya akan dilakukan update dari chapter awal. Garis besar cerita tetap sana, hanya gaya penulisan dan frasa dalam teks. Mulai Re-Upload-; bisa baca ulang dari awalnya ya Kehilangan...