"Bocah, kenapa kamu tidak segera singgah dari kota ini?"
Suara wanita tua terdengar di telinga Edi begitu burung hantu berada di dekatnya, ia mendarat tepat di depannya.
"Aku sudah memperingatkan kalian untuk segera pergi."
Edi sempat panik ketika melihat burung aneh, tetapi begitu mendengar suara Aquila perasaannya menjadi lebih tenang.
Terlebih Hits dan Kin meyakinkan jika hewan itu tidak bermaksud buruk.
Aquila melakukan komunikasi jarak jauh dengan menggunakan burung hantu sebagai media. Dari kejauhan ia menjelaskan jika keadaan Edi sedang genting. Jika dia tidak segera pergi dari sana, ia bisa saja menjadi mangsa para vampir.
Wanita itu juga menjelaskan jika insiden yang menjadi rumor belakangan ini berasal dari para vampir itu. Mereka berkeliaran setiap malamnya, mencari mangsa untuk dijadikan santapan.
Aquila sempat menawarkan Edi untuk mengantarkan dia ke penginapan, tetapi bocah itu menolak. Dia tiba-tiba ingat dengan bocah yang menolongnya, meski bocah itu ragu setelah melihat penampakan wajahnya sekilas.
Hati kecil Edi mengatakan jika ia harus menemui pemuda tersebut. Hingga akhirnya Edi memutuskan untuk kembali ke jalan sebelumnya.
Aquila yang sudah lelah untuk membujuk Edi akhirnya pasrah, dia mengatakan akan melindunginya dari jauh. Burung hantu akan bertengger di pundaknya hingga durasi sihir Aquila habis.
"Ingat, aku hanya bisa melindungimu untuk sementara. Ketika durasi sihirku habis, para vampir itu akan menyerangmu lagi." jelas Aquila saat Edi berjalan kembali.
Sihir Aquila cukup membantu, selain mampu membuat para vampir itu menjauh. dalam jarak tertentu cahaya bisa terlihat. Mirip seperti perisai dengan burung hantu sebagai pusatnya, selain menjadi perantara dari teknik Aquila itu sendiri.
Dia juga menghalau vampir agar tidak mendekati Edi, ditambah bau khas manusia yang menjadi daya tarik para vampir menjadi pudar. Sehingga tidak banyak vampir yang memperhatikan Edi. Walaupun vampir itu memperhatikan Edi, mereka tidak bisa mendekatinya dalam radius tertentu.
Pada akhirnya Edi tiba di tempat ia bertemu dengan bocah itu, tetapi di sana tidak ada orang. Jejak pertempuran terlihat jelas, ada cipratan darah di mana-mana, belum lagi jasad vampir yang tergeletak.
Edi hampir muntah karena mual melihat kondisi saat ini, seolah-olah makan malam dalan perutnya ingin keluar. Ditambah, dia belum pernah melihat kondisi separah itu.
Kejadian di Orienta Island sendiri tidak sempat Edi saksikan, karena Ragus dan Prof membereskan mayat dengan cepat hingga ia tidak sempat membantu.
"Kamu baik-baik saja, bocah?"
Aquila yang khawatir pun bertanya, memang benar jika mental Edi masih belum siap untuk menyaksikan semua ini. Semoga dalam perjalanan ia bisa berkembang hingga mampu bertahan dari kekacauan yang lebih parah.
Edi disarankan agar kembali, tetapi ia masih saja menolak. Bocah itu memilih untuk tetap mencari, meski sihir Aquila sudah hampir berakhir.
"Aku tidak bisa membantu jika sampai durasi sihirku habis." Aquila mengingatkan.
Bocah itu bersikukuh untuk menemukan orang yang menyelamatkannya. Jika diperhatikan dari ciri-ciri yang sempat terlihat, orang itu mirip dengan vampir.
Harusnya Edi menghindarinya, tetapi ia memilih untuk mencari.
Entah perasaan dari mana, jiwanya didorong untuk bisa menggapai orang itu. Ada perasaan aneh seolah Edi harus menyelamatkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dimensi O'clock -Adventure In Pararel World- (Re-upload)
FantasySAMPUL SEMENTARA (by pinterest) Tulisan dalam tahap perbaikan, secepatnya akan dilakukan update dari chapter awal. Garis besar cerita tetap sana, hanya gaya penulisan dan frasa dalam teks. Mulai Re-Upload-; bisa baca ulang dari awalnya ya Kehilangan...