X.iv Tiga Tantangan I

78 9 50
                                    

Tidak menyerah, dengan tekadnya bocah sembilan tahun itu berjuang. Ia berusaha untuk menghindar, serta lebih cermat dalam melihat serangan. Begitu sudah dekat dengan ujung, bijih berwarna merah melesat.

Begitu Edi ingin menghindar, bijih itu terbelah dan mengeluarkan jarum duri. Bocah itu tertusuk, lalu terjatuh ke dalam rawa.

Tubuhnya tenggelam, begitu sadar Edi kembali di titik awal pintu menuju tantangan kedua.

"Sepertinya tantangan kedua terlalu sulit untukmu, bocah. Cobalah sekali lagi."

...

"Perhatikan sekitar, manfaatkan apa yang ada." perintah spirit begitu Edi memasuki tantangan kedua lagi.

Bocah itu mengambil batang kayu acak untuk digunakan, mungkin bisa berguna?

Serangan kali ini berhasil di tepis, bola itu memantul dan membuat Edi senang.

Sayang kebahagiaan itu hanya sesaat, begitu bijih merah melesat lalu meluncurkan duri. Tongkat kayu yang dipakai retak, tinggal menunggu waktu kapan akan hancur.

Pada detik sebelum tongkat itu hancur, bijih perak memantul dan mengenai kelopak bunga di ujung rawa. Tanaman rambat yang terhubung dengan bunga itu tumbuh merambah, menyingkirkan dedaunan yang menutup jalan.

Begitu terbuka, tanaman berduri tajam menampakkan wajahnya. Edi segera terperanjat kaget melihat benda itu, sepertinya dia harus menebak kelopak yang benar sekali lagi.

Karena melamun bijih hijau melesat tanpa disadari, begitu meledak asap tebal menyebar dan menutup penglihatan bocah itu.

Kesadaran Edi perlahan menghilang, kabut beracun yang melumpuhkan memasuki indera bocah ini.

Dia terjatuh tak sadarkan diri, dan tenggelam ke dasar rawa untuk kedua kalinya...

***

Hits tidak tega melihat tuannya terluka, di mata makhluk itu Edi harus mengalami pengulangan berkali-kali.

"Hei, Spirit! Kenapa kamu melakukan Ujian ini. Bukankah tantangannya berbeda dengan yang ada?"

"Aku melakukan ini demi kebaikan bocah itu. Mental dan jiwanya perlu di asah ... Lagi pula, musuh kalian ada yang memiliki keahlian serupa. Kemampuan ini akan berguna suatu saat nanti, setidaknya dia bisa memahami keahlian yang dimiliki." terangnya.

"A-aku tahu, maksudmu. Tapi...."

Hits tidak tega melihat Edi terjatuh sekali lagi, bocah itu sudah berulang kali gagal dan mencoba tantangan satu ini.

"Tapi, apakah ini tidak terlalu kejam baginya?"

"Kejam?! Kau bilang aku ini kejam?" timpal makhluk itu.

"Aku sudah melihat kekejaman yang lebih menyakitkan dari ini, derita bocah itu belum ada apa-apanya dengan apa yang kami lihat. Hidup yang panjang membuatmu merasakan serta menyaksikan beragam kepedihan, bahkan bisa mengalami kehilangan." lanjutnya.

Hits tidak bisa berkata-kata, apa yang spirit ucapkan ada benarnya. Makhluk itu menyadari umur yang panjang membuatmu bertahan lebih lama, tetapi juga menjadi kutukan tersendiri.

Semakin panjang usia, semakin lama menjalani hidup. Sepanjang itu pula akan mengalami pergantian, silih berganti hidup dan mati. Perjumpaan hingga perpisahan terus berlalu.

"Setidaknya ijinkan aku membantunya, kumohon!" pinta Hits.

"Ketahui tempatmu! Posisimu sekarang bukanlah untuk membantu, melainkan mendukungnya. Jika kamu percaya pada bocah itu, dia pasti bisa melalui tantangan ini."

Dimensi O'clock -Adventure In Pararel World- (Re-upload)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang