Sisi lain sebuah pulau yang berupa reruntuhan kastil, seorang pemuda duduk bersandar di atap balkon istana. Kaca pecah memperlihatkan ruangan di dalamnya, begitu kacau penuh akan serpihan kaca serta es yang baru mencair. Sebuah amplop dengan cap lambang keluarga bertuliskan nama Ruzard Lykán Thropoi Teleif.Ia menatap langit malam berbulan purnama, matanya terpejam merasakan aliran udara. Dalam aliran itu terasa energi yang mengalir kacau. Hari itu akan datang kembali, masa suram bagi kaumnya yang membuat ia harus tertidur panjang.
"Cih.... Sepertinya akan ada masalah!" kesal pemuda itu.
Insting yang mengalir pada genetika kaumnya memberitahu akan ada hal buruk, ia berasa tidak enak dengan keadaan atmosfer sekarang. Kemungkinan cepat atau lambat akan terjadi musibah atau bencana.
Belum lagi, tidak lama akan ada fenomena Red and Blue Moon. Momen paling ditunggu-tunggu bagi rasnya, tetapi saat ini hanya dia yang tersisa.
Hal ini berarti, jika ras bebuyutan menyerbu pemuda itu tidak akan bisa melawan balik. Pertikaian panjang selama berabad-abad akan segera ditentukan pada purnama berikutnya.
Untuk terakhir kalinya ia melihat purnama pada malam itu, dia menarik nafas dalam sembari menutup mata, lalu berdiri dan segera bertolak pergi.
Tempat yang sunyi, hanya suara binatang yang ada, terlebih Suara lolongan serigala yang silih bergantian terdengar di sekitar reruntuhan.
....
Hal serupa dirasakan oleh pemuda lain, kali ini ia duduk di atas sebuah bangunan tua. Dia memegang dada karena merasakan sakit, sesekali merintih menahan gejolak yang ada. Pupil mata kirinya berwarna merah darah, gigi taring perlahan tumbuh pada sisi mulutnya.
"Aku bukan monster." lirihnya menahan rasa sakit yang timbul, energi dalam tubuh seolah meluap-luap karena efek purnama.
Meski begitu, perubahan pemuda itu belum seberapa jika dibandingkan dengan Red Moon yang akan datang. Terlebih dia bukan keturunan murni, melainkan ras campuran. Darah setengah Vampir mengalir di tubuh pemuda itu.
Setiap purnama ia selalu menahan diri, mencegah naluri buas yang akan timbul jika purnama datang. Darah selalu terlihat menggiurkan begitu menusuk indera penciuman, khususnya darah manusia.
Namun, di sisi lain sisi kemanusiaan pemuda itu masih ada, ia tidak ingin melukai sesama manusia. Beruntung, selama ini pengasuhnya selalu memberi darah binatang ketika gejolak sudah tidak tertahankan.
Akan tetapi, belakangan ini gejolak itu timbul lebih intens. Semakin dekat dengan hari Purnama, naluri haus darah dari Vampir akan menguat. Dalam hati ia berharap semoga tidak lepas kendali hingga memangsa manusia.
"Tuan Richard, ternyata anda berada di sini. Saya mencari anda kemana-mana."
Seorang pelayan datang dari balik pintu, ia seorang wanita tua penuh keriput. Di wajahnya terlihat ia mencemaskan pemuda itu.
"Sebaiknya anda tidak keluar selama purnama, demi menahan gejolak itu."
Tanpa basa-basi Richard segera meninggalkan tempat itu menuju ruangannya. Tidak bisa disebut sebuah kamar karena berada di bawah tanah. Selain itu ukurannya hanya sepetak, setidaknya baginya cukup untuk mengalihkan nafsu besar seorang vampir.
***
Pada sebuah pulau yang penuh akan warna putih, tempat paling utara di sebuah benua. Salju akan selalu turun menutupi segalanya, dalam sejarah tidak pernah ada yang menceritakan salju di daratan itu hilang.
Kini sedikit berbeda, kota megah yang telah berdiri kokoh selama ribuan tahun akhirnya musnah.
Jika berkunjung ke negeri itu saat ini, hanya reruntuhan kota yang akan terlihat. Salju putih menutupi puluhan tulang belulang, tak peduli manusia ataupun binatang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dimensi O'clock -Adventure In Pararel World- (Re-upload)
FantasySAMPUL SEMENTARA (by pinterest) Tulisan dalam tahap perbaikan, secepatnya akan dilakukan update dari chapter awal. Garis besar cerita tetap sana, hanya gaya penulisan dan frasa dalam teks. Mulai Re-Upload-; bisa baca ulang dari awalnya ya Kehilangan...