Profesor berdiri dan menatap langit senja yang indah, "Saya datang Edi." gumamnya sebelum kembali menatap arloji.
Profesor segera menekan tombol untuk berpindah tempat ke lokasi koordinat yang telah ditandai. Tubuhnya segera melebur dan berubah menjadi butiran partikel cahaya yang melayang kemudian lenyap.
***
Sunyi, itulah yang ditangkap indera Profesor, dia menyadari tengah berada di atas kabin kapal. Ukurannya terbilang kecil sehingga bisa disebut perahu, diperkirakan hanya dapat memuat sekitar 10 orang penumpang. Profesor menatap sekitar dan mendapati dirinya seorang diri, kemudian ia memilih untuk berkeliling melihat-lihat.Kapal ini hanya memiliki sebuah tiang tepat berada di tengah, tidak lupa dengan layar sebagai penghias. Ukiran kepala naga terlihat di bagian mulut kapal, di bagian belakang terdapat sebuah kabin dua lantai dengan tangga di kedua sisinya, pintu kabin tepat di tengah setiap lantai, sebuah kemudi kapal terlihat di atas kabin kapal.
Profesor tidak mendapati siapa pun, tetapi dia menemukan persediaan makanan untuk satu bulan, hanya saja untuk kebutuhan satu orang. Dia juga mendapati satu porsi makanan lengkap di dapur, hanya saja tidak ada tanda-tanda orang yang membuat atau akan memakannya.
Profesor terheran-heran, bagaimana mungkin sebuah perahu berlabuh tanpa seorang pun di dalamnya. Terlebih koordinat Edi berada di tempat ini, anehnya dia tidak menemukannya.
"Mungkinkah koordinat yang ditunjukkan salah?" pikirnya.
Namun, semua itu segera dia tepis mengingat teknologi-nya selama ini belum pernah meleset sedikit pun. Ada kemungkinan faktor lain yang mengakibatkan kejadian ini, apa pun itu Profesor harus menemukan jawabannya segera.
Pada akhirnya Profesor memilih untuk menyusuri lorong kabin, tempat kamar awak kapal berjejer. Suasana sunyi membuatnya bisa mendengar suara sol sepatu miliknya, belum lagi bunyi berderit lantai kayu dan deburan ombak. Sayup-sayup telinganya mendengar suara aneh, Prof menurunkan kecepatannya untuk memastikan suara itu.
Huhuhu....
Meski lirih Profesor bisa menebak suara apa itu, suara tangisan. Dia segera mempercepat langkahnya setelah memastikan dari mana asalnya, tepatnya berasal dari pintu kamar di ujung lorong. Semakin dekat dengan sumber suara, Profesor mulai yakin bila ada orang di sana, siapa pun itu tidak penting selama dia bisa menemukan jawaban dari teorinya.
Begitu tiba di ujung lorong, Profesor membuka paksa pintu hingga menimbulkan bunyi, Brakkk....
Seorang bocah masih mengenakan seragam Sekolah Dasar duduk beringsut di atas kasur, kedua tangannya bertaut dengan kepala menunduk dengan kedua kakinya sebagai tumpuan.
"Itukah kamu, Edi?!" teriaknya membuat bocah itu berhenti menangis, suasana seketika menjadi sunyi.
Perlahan Bocah itu mengangkat kepala, terlihat wajahnya yang sembab, menunjukkan dia sudah menangis cukup lama. Raut mukanya begitu kusut memperhatikan Profesor, sejenak dia terdiam mengamati Pria yang berdiri di bibi pintu hingga dia menyadari kalau itu Profesor.
Wajahnya menjadi sumringah mendapati akhirnya ada orang lain, Begitu terkejutnya seolah tidak percaya dengan kejadian ini.
"Prof, itukah anda?" lirihnya dibalas anggukan oleh Profesor.
Edi segera bangkit dan berlari ke arah Profesor, "Prof.... A-akhirnya anda datang. Huwaaa...." isaknya sambil memeluk Profesor erat, dia kembali menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dimensi O'clock -Adventure In Pararel World- (Re-upload)
FantasíaSAMPUL SEMENTARA (by pinterest) Tulisan dalam tahap perbaikan, secepatnya akan dilakukan update dari chapter awal. Garis besar cerita tetap sana, hanya gaya penulisan dan frasa dalam teks. Mulai Re-Upload-; bisa baca ulang dari awalnya ya Kehilangan...