XVIII. i Red Moon Inn

4 1 0
                                    

Profesor mengajak Edi dan Liyonna untuk kembali ke perahu, sepertinya rencana untuk segera berlabuh harus ditunda. Setelah mendengar benda yang dicuri, Pria itu tidak bisa membiarkannya hilang begitu saja. Benda itu suatu saat akan berguna di perjalanan mereka, terutama bagi Edi.

Pada akhirnya mereka memutuskan untuk menginap dan mencari sebuah penginapan di dekat pelabuhan.

Nama penginapan itu sedikit mengingatkan Edi dengan ramalan dari Aquilla, Red Moon Inn. Sebuah penginapan yang unik dengan desain klasik, pada lantai bawah menjadi lobby utama dan juga sebuah bar atau kafe untuk makan.

Profesor memesan tiga kamar untuk dua hari, ia berjaga-jaga semisal mereka tidak bisa menemukan pencuri segera esok harinya. Karena penginapan ini cukup terkenal, ada kemungkinan mereka kehabisan ruang, sebab itu Profesor memesan lebih lama.

"Tuan, tolong jangan keluar terlalu larut, karena belakangan ada insiden orang hilang."

Sebelum Profesor beranjak, ia diingatkan oleh penjaga toko untuk berhati-hati. Pasalnya belum lama ini terjadi peristiwa aneh setiap malam, dan korbannya kebanyakan para pendatang. Sungguh perhatian pemilik penginapan ini sampai-sampai memperingati pengunjung yang datang.

Singkat cerita ketiganya telah memasuki kamar, sebelum itu mereka menikmati hidangan makan malam di kedai yang tersedia di lantai satu penginapan.

Hidangan yang disajikan begitu nikmat hingga Edi sempat meminta tambah, tetapi Profesor melihat keanehan pada hidangan yang disediakan.

Selama Profesor berbelanja ia menemui banyak produk daging dan ikan segar, akan tetapi makanan yang disajikan berupa sayur dan buah. Tidak lebih dari sekadar makanan vegetarian.

Pria itu mencurigai ada sesuatu dengan kota ini, tidak - lebih tepatnya negeri ini. Belum lagi Profesor terus saja memikirkan peringatan dari pemilik penginapan.

....

"Maaf Edi, aku tidak bisa membantu tadi."

Kin bersuara di tengah malam yang sepi. Kini Edi duduk tidak jauh dari jendela kamar menatap langit malam yang diterangi cahaya rembulan.

"Tidak apa-apa kok Kin." balasnya.

Edi tahu jika Roh yang menjadi partnernya ini memerlukan istirahat, pada pertempuran sebelumnya dia menggunakan cukup banyak kekuatan.

Kin setidaknya membutuhkan waktu untuk pulih. Sementara itu Hits yang juga masih dalam status pemulihan tidak bisa banyak membantu.

"Kalian tidak perlu memikirkannya, Hits, Kin. Ini terjadi juga karena kelalaianku yang tidak bisa menjaga benda itu." Edi berseru, berusaha menenangkan dua makhluk tak berwujud itu.

Setelah mereka tenang, akhirnya Edi menanyakan tujuan selanjutnya pada perjalanan ini. Kin mengatakan bila perjalanan mereka masih jauh, tempat ini bukan lokasi Guardian selanjutnya.

Bukankah Profesor sudah memberi tahu jika pulau ini hanya tempat singgah sementara saja. Sebaiknya mereka segera melanjutkan perjalanan dan meninggalkan pulau ini, seperti saran dari Aquila.

Di tengah percakapan mereka, Edi melihat seseorang berlari di atap bangunan. Karena gelap dia tidak melihat siapa ia, hanya siluet seorang bocah seusianya. Orang itu terlihat seperti terburu-buru, belum lagi dia menggunakan jubah gelap.

Tanpa pikir panjang Edi mengikuti orang tersebut, beruntung pijakan balkon dengan atap tidak terlalu jauh. Selain kamarnya berada di lantai dua, desain kota dengan bangunan berdekatan membuat bocah itu tidak kesulitan berlarian di atas atap.

Suasana kota sangat sepi, di tengah cahaya rembulan Edi berlari seorang diri mengejar orang pemuda tidak dikenali.

Bocah itu tidak menyadari bila dari balik bayangan telah mengintai banyak makhluk bermata merah yang haus darah, mereka bergerak dalam senyap serta menjadi penyebab insiden Lost Visitor yang telah menjadi rumor di kota itu.

Dimensi O'clock -Adventure In Pararel World- (Re-upload)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang