III.i Langkah Awal Blash I

26 9 14
                                    

Samar Dwi melihat bayangan hitam di belakangnya, walau itu hanya asap hitam yang menyelubunginya.

"B-Blash,..." Gumamnya pelan, disusul suara tawa yang memekikkan telinga Dwi.

...

Merasa dipanggil, asap itu bergejolak kemudian memisahkan diri tepat di belakang Dwi, rasanya seperti energinya disedot meski berasal dari U-Watch.

Sosok siluet seorang pria timbul di sana, sekujur tubuhnya hitam legam selain kedua matanya.

Bibirnya merekah, dia tersenyum begitu lebar hingga rongga pipinya ikut terbuka. Dwi melihatnya merasa ngeri, belum lagi deretan gigi tajam di mulutnya menambah kesan seram darinya.

<"Jangan Pernah Sebut Nama Itu, Aku Tidak Suka Nama Dari-nya.">

Bentaknya kasar, saking kerasnya Dwi mendengar seolah gendang telinganya ingin pecah.

Lebih buruk lagi, karena langsung mengenai syaraf suaranya menjadi begitu menyakitkan. Tidak lagi telinga yang sakit, melainkan seisi kepala seperti di kocok. Selain itu, Blash juga menyebarkan aura intimidasi membuat Dwi merasa tidak berguna. Mentalnya seketika hilang saat melihat makhluk itu secara langsung.

Siapa juga yang berani berhadapan dengan makhluk mengerikan ini. Selain wujud Blash, hawa keberadaannya juga membuat tertekan. Bahkan suasana atmosfir di sekitar berubah seketika.

Lalu, bagaimana dengan kemampuannya? Tidak akan yang bisa menduganya bukan.

Meskipun begitu Dwi mau tidak mau harus berhadapan dengan makhluk itu! Nasibnya ke depan ditentukan oleh hasil pertempurannya sekarang.

Blash melayang mengitari tubuh Dwi berusaha untuk mengamatinya lebih jauh, <"Tidak Ku Sangka Yang Akan Menghalangiku Hanya Seorang Bocah Ingusan..."> Ucapnya.

Dia menghempaskan energi gelap kesekitar, Dwi tersentak sesaat bahkan terdorong hingga membentur dinding, <"Orang Itu Masih Meremehkan ku Rupanya.">

Dwi meneguk ludah lalu memposisikan diri, meski tubuhnya gemetaran bahkan bisa roboh kapan saja, dia sudah bertekad untuk berusaha semampunya demi Sabahatnya. Mungkin jika itu orang lain, bisa saja dia sudah mengompol mengingat usia mereka yang masih bocah.

"A-aku akan berjuang melawannya!" Batinnya gemetaran.

Blash tersenyum melihat reaksi Dwi, dia tidak menduga bocah itu masih memiliki tekad untuk bertahan –walau hasilnya sudah cukup jelas baginya-.

Dia tidak bisa menutupi kegembiraannya , seakan mendapat Jackpot dengan tubuh inang yang cukup baik. Belum lagi bocah sepertinya cukup berharga mengingat seorang bocah pada umumnya memiliki mental yang lemah.

<"Tubuh Yang Bagus.">

Blash tergiur dengan tubuh Dwi, tidak sabar ingin merasakannya dia tunjukkan nafsunya dengan jelas.

Dwi reflek melompat ke samping, tubuhnya merasa terancam hanya merasakan niat Blash hingga terasa kaku.

Blash tersenyum semakin lebar melihat reaksinya, dia semakin tertarik dengan Dwi, tidak sabar ingin mencoba tubuh inang barunya.

<"Khekhekhe... Reaksi Yang Bagus Bocah.... Aku Semakin Menyukaimu.">

Dwi berdecak kesal, paham maksud dari perkataan Blash. Meskipun Dwi sudah sudah tahu hal ini akan terjadi, dia tidak rela jika tubuhnya harus diambil alih. Apalagi setelah melihat wujud makhluk itu, dia semakin yakin untuk menghentikan Blash.

Dimensi O'clock -Adventure In Pararel World- (Re-upload)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang